Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, Juli 21, 2009

Bagaimana ini, orang lain tidak mau mendengar kita .............. !



Kadangkala kita bingung, mengapa orang lain, partner bicara kita, tidak memahami diri kita. Mereka tidak mau mengerti dengan keinginan kita. Mereka tidak peduli dengan harapan-harapan kita. Apa yang sesungguhnya terjadi dengan dia ? Ada penghalang apa antara aku dan dia ? Mengapa dia bersikap begitu kepada saya ?



Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain. Setiap hari kita berbicara dengan orang lain. Tapi pernahkah kita memikirkan hasil dari pembicaraan kita dengan orang lain ? Pernahkah kita memikirkan dampak dari pembicaraan kita dengan orang lain ? OK-lah, menurut kita, kita telah melakukan hal terbaik dalam komunikasi kita dengan orang lain. Itu menurut kita, bagaimana menurut partner kita ?



Hal paling penting dalam kita menjalin komunikasi dengan partner kita adalah kemampuan kita dalam mendengarkan partner kita tanpa batas. Benar-benar mendengarkan tanpa menyela. Benar-benar mendengarkan tanpa memotong pembicaraan, dan benar-benar mendengarkan tanpa menginterupsi. Sudahkah kita melakukan itu selama ini ? Kalau belum mulailah dari sekarang !



Mendengarkan saja ternyata tidak cukup. Partner bicara kita akan mengamati air muka kita, sorot mata kita, arah pandangan kita. Jangan-jangan kita dianggap menyepelekan dia hanya karena kita memalingkan wajah kita saat kita berbicara dengan dia. Jangan-jangan kita dianggap menghina dia karena kita berbicara dengan dia sambil memainkan sms di hp kita. Jangan-jangan kita dianggap merendahkan dia karena kita berbicara dengan dia sambil mengetik di laptop kita. Kita semua ini pasti ingin suara kita didengarkan, diapresiasi, dan kita semua pasti ingin dihargai. Tunjukkan pada partner Anda bahwa Anda benar-benar mendengarkan apa yang dia katakan. Tunjukkan bahwa Anda mau memahami apa yang ia ucapkan. Tunjukkan bahwa Anda berempati terhadap apa yang sedang dia bicarakan. Tunjukkan itu semua dengan air muka Anda yang penuh perhatian, sorot mata Anda yang menatap pada mata dia, dan sikap tubuh Anda yang menunjukkan bahwa Anda sebagai seorang sahabat yang siap sedia dan mampu memberikan solusi-solusi pada partner Anda. Ingat, bahasa tubuh Anda memberikan kontribusi sebesar 55% dari keberhasilan komunikasi Anda dengan orang lain. Sudahkan kita melakukan hal itu selama ini ? Kalau belum mulailah dari sekarang !



Pilihan kata dan kalimat yang kita gunakan dalam berkomunikasi ternyata hanya menyumbangkan 7% saja dari keberhasilan komunikasi kita. Sebanyak 38% selebihnya ternyata ditentukan oleh intonasi dan vokal kita. Informasi yang sama ternyata bisa dimaknai beda apabila kita menggunakan intonasi dan vokal yang berbeda. Pesan tertentu bisa dimaknai sebagai pesan biasa atau pesan yang sangat penting juga atas dasar penggunaan intonasi dan vokal kita. Sudahkah kita selama ini mengoptimalkan intonasi, vokal dan bahkan warna suara kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga mempertinggi kualitas maksud dan makna serta daya penerimaan dari apa yang sedang kita bicarakan ? Kalaulah belum mulailah dari sekarang !




Selamat mencoba, Salam Sukses




Achmad Saladin


Berselancar lebih cepat.
Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di sini! (Gratis)

Senin, Agustus 04, 2008

Pengalaman Berstruktur


Jika kita dapat menyepakati bahwa dalam pendidikan non formal atau pendidikan orang dewasa yang paling berdaya hasil adalah pengalaman-pengalaman belajar yang menuntut tingkat keikut sertaan yang tinggi dari para pesertanya, maka mungkin suatu teknik pelajar yang disebut "Pengalaman Terstruktur" (Structure Learning Experience) dapat kita terima sebagai suatu metode yang patut kita pelajari untuk memperkaya khasanah kemampuan kita dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar non formal. Selain itu, karena seseorang yang telah dewasa sangat kaya akan berbagai pengalaman hidup dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu "wadah kosong", maka penggunaan metoda pengalaman berstruktur dapat diharapkan akan lebih berdaya hasil, karena akan merangsang mereka yang sedang belajar untuk mengolah pengalamannya sendiri dan kemudian menarik pelajar dari sana. Lagi pula, penggunaan metode ini menunjukkan adanya rasa hormat pada harkat kemanusiaan mereka yang memang kaya dengan pengalaman itu.

APA PENGALAMAN BERSTRUKTUR ITU?

Pengalaman berstruktur dirancang untuk menerapkan sesuatu atas dasar pengalaman nyata dalam suatu daur ulang proses belajar yang terdiri dari lima prosedur atau tahapan yang berbeda namun tetap saling berkaitan satu sama lain. Seperti dikesankan oleh namanya, model ini memberikan penekanan terutama pada pengalaman-pengalaman langsung dan nyata dari para peserta atau warga belajar, berlawanan dengan pengalaman-pengalaman semu yang diperoleh melalui pendekatan atau cara yang bersifat didaktis.

Model atau metode ini juga merupakan suatu proses induktif dimana peserta atau warga belajar menemukan sendiri isi atau ajaran yang ditawarkan atau disediakan oleh pengalamannya. Penemuan itu dapat dirangsang atau dibimbing oleh seorang pembimbing, namun pada akhirnya para pesert atau warga belajar sendirilah yang menemukan dan mengolah pengalamannya. Inilah yang kita sebut sebagai "laboratorium" atau "pengalaman" dalam suatu proses belajar.

Model ini didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman mendahului proses belajar dan bahwa ajaran atau isi dan makna sesuatu harus berasal dari pengalaman apapun yang dimiliki oleh warga belajar sendiri. Setiap orang pada dasarnya memiliki pengalaman-pengalaman yang khas dan tidak ada orang lain yang dapat menuntutnya untuk menarik pelajaran tertentu dari suatu kegiatan tertentu pula. Kita memang dapat saja menyusun suatu kegiatan dari mana ia akan menarik suatu pelajaran. Namun para warga belajar sendirilah yang akan menentukan apa yang ingin mereka pelajari.

Lima prosedur atau tahapan langkah metode pengalaman berstruktur ini adalah sebagai berikut :

1. Mengalami

Proses ini selalu dimulai dengan adanya pengalaman dengan melakukan langsung sesuatu kegiatan. Di sini peserta dilibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan, mengamati, melihat, atau mengatakan sesuatu. Pengalaman inilah yang menjadi titik tolak proses selanjutnya.

2. Mengungkapkan

Setelah pengalaman itu sendiri maka yang penting bagi para peserta adalah mengungkapkan dengan menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya dan tanggapan atau kesan mereka atas pengalaman tersebut, termasuk pengalaman rekan-rekannya sesama peserta atau warga belajar.

3. Mengolah

Peserta kemudian menkaji semua ungkapan pengalaman tersebut, pengalaman sendiri atau pengalaman rekan-rekannya, kemudian mengkaitkan dengan pengalaman lain yang mungkin mengandung ajaran makna yang serupa.

4. Menyimpulkan

Kelanjutan logis dari pengkajian pengalaman tersebut adalah keharusan untuk mengembangkan atau merumuskan prinsip-prinsip berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari pengalaman tadi. Menyatakan apa yang telah dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini akan membantu para peserta untuk merumuskan, memperinci, dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajarinya.

5. Menerapkan

Langkah terakhir dalam daur ini adalah perencanaan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan dari pengalaman sebelumnya. Proses pengalaman ini telah disimpulkan dari pengalaman sebelumnya. Proses pengalaman ini belumlah lengkap sebelum suatu ajaran baru atau penemuan baru dipergunakan dan diuji dalam perilaku sesungguhnya. Inilah bagian yang bersifat "eksperimental" dalam model ini.tentu saja, penerapan ini akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula dan dengan pengalaman baru tersebut, daur proses ini pun dimulai lagi.

Pengalaman berstruktur yang dirancang untuk memusatkan perhatian pada perilaku perorangan, umpan balik yang konstruktif, pengolahan dan integrasi psikologis, sangat beraneka ragam dan tidak tetap. Pengalaman berstruktur ini dengan mudah dapat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus suatu kelompok, dengan tujuan rancangan pelatihan secara keseluruhan, atau dengan keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki oleh pemandu latihan pada dasarnya adalah seorang penemu "fasilitator". Karena seorang pemandu latihan pada dasarnya adalah seorang penemu (inventor), maka dapat diharapkan bahwa pengalaman berstruktur yang didapatkannya dari suatu sumber tertentu pasti akan disesuaikannya dengan keadaan tertentu pula dalam penerapannya.

Salah satu hal penting diperhatikan dalam penerapan pengalaman berstruktur ini adalah bahwa tahapan "pengolahan" selalu harus dilakukan sehingga para peserta dapat mengidentifikasikan dan menginteraksikan pengalaman belajarnya tersebut tanpa harus mengalami ketegangan justru karena adanya pengalaman-pengalaman yang tak terolah dan tidak menimbulkan pengertian sama sekali. Disinilah kemampuan sang fasilitator atau pemandu latihan menjadi suatu faktor yang sangat menentukan sekali. Jika pengalaman berstruktur diharapkan sebagai model yang tanggap terhadap kebutuhan para peserta warga belajar, maka fasilitator harus mampu membantu para peserta mengolah data yang timbul dari pengalaman tersebut. Jadi, dia harus memilih suatu kegiatan berdasarkan dua tolok ukur : kemampuan dirinya sendiri dan kebutuhan peserta warga belajar.


(dari berbagai sumber)

Mempersiapkan Komunikasi di Pertemuan


Persiapan-persiapan melakukan komunikasi dalam pertemuan ini dapat dibagi dalam dua persiapan, yaitu persiapan fisik dan persiapan pribadi. Persiapan-persiapan ini penting dilakukan agar memberikan makna komunikasi yang efektif dan maksimal.

Persiapan Fisik

Yang dimaksud adalah persiapan terhadap sarana-sarana fisik pertemuan. Jika Anda mengundang pertemuan, maka tentu saja Anda mempersiapkan persiapan-persiapan sarana fisik tersebut. Tetapi sering terjadi Anda diundang dalam berbagai pertemuan-pertemuan sehingga campur tangan untuk mempersiapkan sarana fisik relatif sedikit. Berikut ini hal-hal yang perlu dipersiapkan mengenai sarana fisik pendukung komunikasi di pertemuan.

1. Ruang Pertemuan

ª Pilih ruang yang dapat menampung jumlah peserta yang diperkirakan hadir.

ª Pilih ruang yang mempunyai sirkulasi udara relatif baik sehingga tidak menimbulkan kegerahan saat pertemuan.

ª Pilih ruang yang cukup terang

2. Tata Letak Pertemuan

Hindari penataan ruang seperti di sekolahan karena ini terkesan sangat formal. Usahakan penataan tempat duduk adalah yang bisa saling menatap satu sama lain seperti setengah melingkar, atau yang lainnya.

3. Sarana Pendukung

Siapkan pengeras suara, OHO, papan tulis, penghapus, dan berbagai peralatan lain jika memang peralatan tersebut dibutuhkan. Tentu saja jenis yang dipersiapkan di sini berkaitn dengan materi yang akan disampaikan. Persiapan-persiapan ini akan menjadi lain jika Anda diundang ke tempat lain di mana berbagai sarana pendukung ini mungkin tidak dapat disediakan. Jika memungkinkan, lakukan kontak dengan penyelenggara jauh sebelum pertemuan dilaksanakan sehingga Anda dapat mempersipakan materi dan media sederhana yang dapat digunakan.

Persiapan Pribadi

Yang dimaksud adalah persiapan Anda sendiri di forum pertemuan tersebut yang akan memberikan penjelasan, maupun membawakan materi.

Persiapan-persiapan pribadi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pastikan secara fisik bahwa Anda tidak terlalu lelah untuk mengikuti pertemuan tersebut. Oleh karenanya beristirahatlah yang cukup paling tidak sehari sebelum pertemuan. Kondisi terlalu lelah sangat mempengaruhi penampilan Anda, perhatian pendengar, dan kemampuan mengingat atau berkreativitas dalam komunikasi.

2. Pastikan Anda telah menyiapkan materi yang akan disampaikan, baik materi untuk Anda sendiri atau mungkin materi yang perlu dibagikan ke peserta.

3. Pastikan pula bahwa Anda sudah cukup menguasai materi. Kurangnya penguasaan terhadap materi dapat menimbulkan kesan bahwa Anda tidak serius, kegiatan dianggap masih kira-kira, Anda dianggap tidak profesional, atau mungkin peserta sungguh tidak bisa menangkap maksd yang Anda sampaikan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berbicara di forum pertemuan :

1. Berbicaralah dengan tidak terlalu cepat, tenang, dengan kekuatan suara yang cukup, dan runtut. Berikan jeda uraian agar peserta mempunyai kesempatan untuk mengendapkan atau meresapkan apa yang diuraikan.

2. Berikan perhatian dan kesempatan bertanya sebisa mungkin kepada semua peserta serta tunjukkan sikap yang respect.

3. Jawablah setiap pertanyaan yang muncul dari peserta semampu Anda. Jika ada hal yang sungguh Anda tidak bisa menjawab, beritahukan bahwa Anda akan mencatat pertanyaan itu dan akan mencoba mencari jawabannya dari pihak-pihak lain.

4. Gunakan kosa-kata atau tata bahasa sederhana, mudah dimengerti, atau menggunakan kata-kata lokal yang artinya sepadan dengan yang Anda maksud.

5. Pahami forum dengan baik, berikan lelucon atau pertanyaan pancingan atau bahkan permainan untuk menjaga perhatian peserta agar tetap konstan terhadap materi yang Anda bawakan.

6. Jangan lupa di akhir pembicaraan Anda, sampaikan ucapan terimakasih dan mohon maaf atas hal-hal yang tidak berkenan dari pemaparan yang telah dilakukan ini.

Hal-hal di atas sifatnya sangatlah sederhana, namun ternyata seringkali tidak diperhatikan karena mempunyai dugaan bahwa hal itu akan mudah saja dilakukan bila sudah berada di forum pertemuan. Banyak penyuluhan atau penjelasan yang diberikan kepada masyarakat yang ternyata tidak diketahui makna atau maksudnya oleh masyarakat karena petugas sendiri tidak mau mempersiapkan dengan sungguh-sungguh. Karena itu pada akhirnya keberhasilan komunikasi tidak hanya disebabkan oleh kemampuan si penerima pesan, namun dan mungkin yang utama adalah kemampuan si pemberi atau penyampai pesan itu sendiri untuk mengukur, menilai, dan memahami dirinya sendiri.

Ok, selamat mencoba, semoga sukses,

Salam Fantastik

(dari berbagai sumber)

Hambatan Komunikasi


Hambatan komunikasi biasanya bersifat obyektif maupun subyektif. Hambatan obyektif merupakan gangguan yang tidak disengaja terhadap berlangsungnya komunikasi. Hambatan obyektif biasanya berupa gangguan mekanik seperti kegaduhan suara, huruf terlalu kecil, dan lainnya, serta gangguan semantik (gangguan bahasa atau konsep yang berbeda). Sedangkan hambatan subyektif adalah hambatan yang sengaja dibuat oleh orang lain akibat adanya pertentangan kepentingan dan prasangka.

Para ahli komunikasi telah mengidentifikasi bahwa justru hambatan subyektif tersebut yang lebih sering menggagalkan terjadinya komunikasi secara efektif.

Gangguan atau hambatan dalam komunikasi antara lain :

a) Sifat egois;

yaitu terlalu memikirkan kepntingan pribadi, seperti tindakan atau kebijakan yang didasari kepentingan pribadi dan cenderung mengabaikan keterangan atau ide serta umpan balik orang lain.

b) Emosional;

yaitu cenderung menilai sesuatu dari sudut pandang negatif, sehingga tidak ada keterbukaan untuk proses komunikasi efektif.

c) Konflik pribadi / kelompok;

yaitu adanya masalah antara pengirim pesan dengan pihak penerima pesan.

d) Pengamalaman masa lalu;

seorang komunikator yang mempunyai pengalaman / kebiasaan (track record) yang buruk seperti suka berbohong, pernah menipu, dan lain-lain, akan kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif.

e) Lingkungan kurang menguntungkan;

seperti gaduh, ramah, banyak suara, dan lain-lain.

f) Perbedaan status;

harus diakui bahwa perbedaan pendidikan, ekonomi, pekerjaan, merupakan hambatan yang paling besar dalam komunikasi saat ini.

g) Pertentangan kepentingan;

hambatan komunikasi juga bisa terjadi jika pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator tidak sesuai atau bertentangan dengan kepentingan dari penerima pesan. Perbedaan kepentingan akan mempengaruhi daya tanggap dan tingkah laku seseorang untuk bersifat reaktif terhadap pesan yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Akibatnya muncullah reaksi penolakan. Jika hal ini terjadi maka tujuan komunikasi tidak akan tercapai. Karena itu komunikator harus berhati-hati dan bijaksana jika pesan yang akan disampaikan dirasa bertentangan atau tidak sesuai dengan kepentingan dari penerima pesan (komunikan).

h) Prasangka

Prasangka merupakan salah satu hambatanberat dalam komunikasi, karena orang yang berprasangka akan dengan serta-merta menetang atau menolak pesan yang akan disampaikan. Prasangka bisa menggerakkan emosi seseorang untuk menarik kesimpulan tanpa mengunakan pikiran yang rasional. Apalagi jika prasangka itu sudah berakar, maka seseorang tidak dapat lagi berpikir secara obyektif, apa yang dilihat dan didengarnya selalu dinilai negatif. Agar dalam proses komunikasi tidak terhambat oleh faktor prasangka ini maka komunikator hendaknya tidak menonjolkan hal-hal yang dapat menimbulkan prasangka tersebut.

(disarikan dari berbagai sumber)



Komunikasi Persuasif


Adalah komunikasi yang dilakukan secara sengaja untuk mengubah sikap, tingkah laku, atau pun pendapat dari pihak komunikan. Hal ini biasanya dilakukan dengan membujuk atau merayu sehingga perubahan itu terjadi atas kesadaran sendiri dari pihak komunikan. Komunikasi persuasif mutlak harus dipunyai oleh agen perubahan untuk dapat memfasilitasi masyarakat agar bersedia dan dapat melakukan perubahan pada dirinya, baik perubahan sikap mental, engetahuan, maupun ketrampilan.

A. Pendekatan

Digunakan pendekatan yang dimulai dengan usaha membangkitkan perhatian (attention), usaha menggerakkan agar seseorang melakukan kegiatan (action). Pendekatan ini memiliki beberapa tahapan, yaitu tahap membangkitkan perhatian (attention), menumbuhkan minat (interest), melahirkan hasrat (desire), mendorong terjadinya keputusan (decision) untuk melakukan kegiatan (action). Perilaku atau perbuatan (action) seseorang itu akan didahului oleh pengambilan keputusan (decision) yang didorong oleh hasrat (desire) karena merasa tertarik (interest) setelah sebelumnya mereka memperhatikan (attention) dengan seksama.

B. Prinsip

Dalam rangka melakukan empat tahapan komunikasi persuasif tersebut terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan :

i. Pesan komunikasi hendaknya disampaikan dengan emotional appeal sehingga dapat menembus alam kesadaran komunikan dan memikat perhatian mereka.

ii. Pesan komunikasi hendaknya diusahakan dapat diterima sebagai bagian dari pendapat dan kepercayaan komunikan.

iii. Perlu diyakinkan kepada komunikan bahwa perubahan atau kegiatan yang dipesankan itu merupakan salah satu jalan ke arah tercapainya tujuan atau pemenuhan kebutuhan mereka.

iv. Usaha untuk mendorong perubahan tingkah laku yang terkandung dalam pesan persuasi tersebut hendaknya benar-benar dilandasi motivasi, sikap, dan opini dalam waktu yang tepat.

C. Metode

Komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan beberapa metode atau cara yaitu :

i. Menitipkan pesan tersebut pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik bagi orang banyak, seperti melalui forum pengajian, kebaktian, pemutaran film, panggung hiburan, dan sebagainya.

ii. Melibatkan diri dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga menimbulkan kesan senasib di antara komunikator dan komunikan. Kesan senasib memudahkan munculnya rasa empati yang selanjutnya mendukung terjadinya komunikasi yang mendalam.

iii. Meyakinkan harapan-harapan yang logis dan realistis yang menguntungkan namun juga diseertai gambaran konsekuensi yang buruk. Dengan cara ini diharapkan dapat menumbuhkan kegairahan yang aktif.

iv. Mengemas atau meramu pesan yang akan disampaikan sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi lebih tertarik.

(disarikan dari berbagai sumber)



Empati dalam Komunikasi


Empati adalah kemampuan untuk memproyeksikan diri pada kondisi dan perasaan orang lain. Dalam komunikasi, empati sangat penting agar pesan dapat diterima secra efektif dan tepat. Karena itu komunikator dan komunikan perlu membangun empati ini untuk dapat ikut merasakan dan terlibat secara psikologis, perasaan dan kondisi dari masing-masing pihak.

Sifat hubungan antar komunikator dan komunikan banyak dipengaruhi oleh kondisi homophily dan heterophily. Homophily adalah kondisi interaksi antara dua pihak yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian ini maka komunikasi akan terjadi secara efektif dan pesan atau informasi akan bisa diterima dengan lebih tepat.

Heterophily adalah kondisi interaksi antara dua pihak yang memiliki banyak perbedaan, baik dari segi kepercayaan, nilai, pendidikan, maupun status sosial, sehingga komunikasi antar mereka akan terjadi secara tidak efektif dan pesan yang disampaikan tidak bisa diterima dengan tepat. Kondisi heterophily memang seringkali menimbulkan permasalahan dalam komunikasi.

Kondisi komunikasi yang heterophily bisa diatasi dengan mengembangkan rasa empati. Untuk dapat merumuskan kebutuhan masyarakat secara tepat dan menyusun kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat seorang agen perubahan harus mempunyai rasa empati yang tinggi tanpa harus terjerumus dalam hal-hal yang bersifat subyektif.


(disarikan dari berbagai sumber)

Empat Unsur Komunikasi


Paling tidak terdapat empat unsur dalam komunikasi, yaitu :

a) Unsur Manusia

Merupakan unsur sentral dalam komunikasi. Keberhasilan komunikasi sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, pengalaman, dan pendidikan, serta lingkungan sosial dari komunikan dan komunikator. Kondisi psikologis ini misalnya seperti kondisi tertekan, bebas, marah, senang, dan sebagainya yang akan mempengaruhi kesanggupan dan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu komuniasi yang efektif.

Tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi dan daya knsepsi seseorang dalam menerima pesan dan kemapuan menata alur berpikir dan perasaan ketika menyampaikan tangapan atau umpan balik.

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku dalam merespon pesan yang diterimanya. Dalam situasi yang berbeda seseorang akan melakukan tindakan yang berbeda dalam menerima pesan. Mungkin seseorang akan merasa nyaman jika diajak berkomunikasi dalam kelompok kecil dan sulit berkomunikasi dalam kelompok besar. Seseorang yang sedang berada dalam kelompoknya sendiri akan bereaksi berbeda dalam merespon pesan dibanding jika berada dalam kelompok lain. Oleh karena itu untuk dapat berkomunikasi dengan baik seseorang komunikator harus memperhatikan ketiga hal ini.

b) Unsur Informasi atau Pesan

Informasi atau pesan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu isi, sifat, dan bentuknya. Isi informasi dimaksudkan untuk dapat mengurangi ketidakpastian atau kemungkinan alternatif dalam suatu situasi

Berdasarkan sifatnya, informasi bisa berupa :

i. Opini atau pendapat

ii. Fakta atau kenyataan yang terjadi

iii. Emosi atau erasaan

iv. Bimbingan atau nasihat

v. Persuasi atau ajakan

Seorang komunikator yang baik harus bisa membedakan sifat informasi yang ingin disampaikan, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerimaan oleh penerima pesan. Jangan sampai terjadi pesan yang bersifat fakta diterima sebagai opini, yang bersifat emosi diterima sebagai persuasi.

Berdasarkan bentuknya informasi dapat berbentuk konkrit berupa lambang-lambang verbal baik itu berupa suara, tulisan, lambang, gambar, dan gerak. Informasi juga bisa berbentuk tersembunyi di balik isyarat dengan menggunakan bahasa bisu (silence language). Seseorang yang terlibat dalam komunikasi harus mampu menangkap pesan yang tersembunyi ini karena pesan tersebut tidak kalah pentingnya dengan pesan yang disampaikan secara konkrit. Bahkan kadang-kadang justru merupakan pesan atau informasi yang sesungguhnya.

c) Unsur Media atau Sarana

Media atau sarana informasi pada prinsipnya bisa dibedakan menjadi dua, yaitu yang abstrak universal dan yang konkrit teknis. Media yang abstrak universal biasanya berupa bahasa yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata, sikap, isyarat, atau pun tingkah laku. Sedangkan yang konkrit teknis berupa sarana teknis seperti radio, surat kabar, televisi, telepon, papan informasi, pengeras suara, dan sebagainya.

Pemilihan media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan sangat dipengaruhi oleh isi, sifat, dan bentuk informasi.

d) Unsur Umpan Balik

Umpan balik merupakan respon, reaksi, atau tanggapan yang diberikan oleh penerima informasi kepada pemberi pesan. Umpan balik sangat penting bagi upaya perbaikan komunikasi. Kesanggupan untuk memberikan umpan balik ini dipengaruhi oleh sifat kedekatan hubungan antar komunikator dan komunikan. Seringkali ditemukan berbagai kesulitan dalam memberikan atau menerima umpan balik ini disebabkan karena pengaruh-pengaruh sebagai berikut :

i. Kurang pengalaman

ii. Keragu-raguan karena nilai sosial atau sifat hubungan yang ada

iii. Keengganan karena kemungkinan resiko yang akan terjadi

iv. Kekhawatiran dalam memberikan atau menangkap umpan balik karena tata cara atau aturan yang berlaku di dalam organisasi atau sistem kerja.


(disarikan dari berbagai sumber)

Komunikasi

Komuniasi berasal dari kata Communi = Sama. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses hubungan antar manusia untuk menyampaikan pesan, informasi, pemikiran, maupun gagasan dengan menggunakan cara dan sarana tertentu dalam ruang dan waktu tertentu di mana proses hubungan tersebut dapat saling dimengerti atau dipahami satu sama lain.

Bagi individu komuniasi adalah : pesan yang akan disampaikan komunikator (pengirim pesan) haruslah diterima dan dimengerti sama oleh komunikan (penerima pesan).

Bagi organisasi komunikasi adalah : saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh, mekanisme, perubahan, gagasan, serta alat untuk mendorong motivasi dan merupakan perantara yang memungkinkan organisasi atau program tersebut mencapai tujuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kita mengadakan komunikasi berarti ada tujuan sebagai berikut :
  • kita menghendaki seseorang mengerti sesuatu dan kemudian berbuat sesuatu,
  • kita menghendaki seseorang berpikir atau merasakan suatu cara tertentu.

Untuk mencapai tujuan seperti dimaksud, maka harus ada proses aktivitas komunikasi yang pada prinsipnya dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. Komunikator merasakan suatu kebutuhan untuk melakukan komunikasi, kemudian disusunlah lambang, tanda, atau simbol atau kata-kata.
  2. Komunikator kemudian mengirimkan atau menyampaikan tanda-tanda tersebut melalui sarana / perantara komunikasi.
  3. Penerima pesan ketika mendengar, melihat, atau merasakan tanda-tanda itu kemudian memberi arti kepada tandatanda itu menjadi sebuah pikiran / ide yang memiliki makna.
  4. Akhirnya komunikator dapat mengatakan telah mengkomunikasikan pesannya jika terjadi reaksi dari komunikan sesuai dengan yang diinginkan.