Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Jumat, Juni 20, 2014

Seri Refleksi Ramadhan - 2

Sya'ban telah hampir mendekati ujung akhir di tahun 1435 H ini, sedikit lagi Ramadhan Al-Mubarak, bulan yang dirindu-rindukan akan hadir.  Marilah kita sambut tamu agung ini dengan penuh kerelaan, dengan penuh rasa haru, karena ia datang membawa berbagai hadiah tiada tara, ia datang dengan membawa banyak kebaikan yang ditunggu-tunggu para tuan rumahnya.  Marilah kita menjadi tuan rumah yang sangat baik terhadap tamu agung yang luar biasa baiknya ini.

Saatnya tiba untuk melakukan refleksi, salah satu metode pencerminan diri sendiri, menilai diri sendiri.  Selama 11 bulan berlalu kita melakukan aksi, saatnya tiba sebulan saja kita lakukan refleksi.  Mudah-mudahan Seri Refleksi Ramadhan ini membantu proses refleksi kita untuk menghasilkan sebuah output yang signifikan bagi aksi-aksi kita berikutnya.

Seri Refleksi - 2

Salah satu bentuk moral tertinggi yang dimiliki oleh seorang Muttaqin yang meneladani Nabinya SAW dan akhlak Al-Qur’an adalah kemampuan menahan marah di saat ia berkuasa untuk menumpahkan amarahnya dan kesanggupan untuk memberikan kemaafan di saat ia mampu melakukan pembalasan.  Bahkan sebaliknya, mereka justru memperlakukan orang yang menyakiti mereka dengan kebaikan-kebaikan.


Untuk refleksi kali ke dua ini silakan :


Lihat di  S I N I

Atau unduh di   S I N I




Seri Refleksi Ramadhan - 1

Sya'ban telah hampir mendekati ujung akhir di tahun 1435 H ini, sedikit lagi Ramadhan Al-Mubarak, bulan yang dirindu-rindukan akan hadir.  Marilah kita sambut tamu agung ini dengan penuh kerelaan, dengan penuh rasa haru, karena ia datang membawa berbagai hadiah tiada tara, ia datang dengan membawa banyak kebaikan yang ditunggu-tunggu para tuan rumahnya.  Marilah kita menjadi tuan rumah yang sangat baik terhadap tamu agung yang luar biasa baiknya ini.

Saatnya tiba untuk melakukan refleksi, salah satu metode pencerminan diri sendiri, menilai diri sendiri.  Selama 11 bulan berlalu kita melakukan aksi, saatnya tiba sebulan saja kita lakukan refleksi.  Mudah-mudahan Seri Refleksi Ramadhan ini membantu proses refleksi kita untuk menghasilkan sebuah output yang signifikan bagi aksi-aksi kita berikutnya.

Seri Refleksi 1

Kaum muslimin pastilah selalu berharap untuk bisa mendapatkan surga.  Semua kita berharap akan hal ini, dengan cara yang semudah-mudahnya, dan kalau perlu tanpa perhitungan, atau kalaupun ada perhitungan di hari kiamat kelak, Allah akan melakukannya dengan perhitungan yang cepat dan mudah.  Namun sebaliknya, apakah upaya yang kita lakukan selama ini telah sebanding dengan besarnya tujuan utama hidup yang dicita-citakan ini ?

Untuk melakukan refleksi diri selanjutnya bisa 

dilihat di sini   LIHAT                                 

atau diunduh di sini  UNDUH



Sabtu, Juli 28, 2012

JALAN KEBAIKAN = JALAN PENDAKIAN


Kita telah diberikan karunia yang luar biasa banyaknya , oleh Allah SWT dengan berbagai karunia.  Salah satu yang paling terasa dan yang seringkali kita anggap paling penting  adalah karunia harta benda, kecukupan harta benda, atau kelimpahan harta benda.  Untuk apa kemudian harta benda yang melimpah ini dikaruniakan kepada kita ?  Jawabannya pastilah banyak sekali dari berbagai perspektif, mulai dari perspektif agama, perspektif ekonomi, perspektif politik, hingga perpektif social.  Allah SWT berfirman dalam surat Al Balad (negeri), surat ke 90 ayat 11 – 16 sebagai berikut :

ƒ  Mengapa ia tidak mau menempuh jalan yang sulit (dengan harta benda yang dimilikinya) ?
ƒ  Tahukah kamu, apa jalan yang sulit itu (pertanyaan untuk menegaskan betapa mulianya jalan sulit ini) ?
ƒ  Membebaskan perbudakan (mulai dari memberikan tebusan bagi sang budak untuk bebas dari tuannya, membebaskan orang terhutang dari jeratan / lilitan pemberi hutang, memberikan pembelaan / jaminan pada seseorang terhukum yang tidak memiliki tebusan / jaminan apapun sehingga bisa lepas dari jeratan hukuman, pendek kata mengupayakan pembebasan dari segala jenis / model perbudakan yang ada di muka bumi)
ƒ  Atau memberikan makanan pada saat terjadinya bencana kelaparan (bagaimana menjamin penghidupan manusia secara layak pada kondisi yang paling kritis sekalipun)
ƒ  Kepada anak-anak yatim yang masih famili atau kerabat dekat (mulai dari orang-orang terpuruk yang paling dekat dengan dia, termasuk tetangga atau teman dekat, dan siapa lagi kalau bukan saudara atau kerabat, atau tetangga, atau teman dekat yang paling bisa diharapkan pertolongannya)
ƒ  Atau kepada orang-orang miskin yang sangat papa / fakir (memberikan jaminan penghidupan, mengupayakan pemberdayaan ekonomi setahap demi setahap, terhadap orang-orang yang berada pada kondisi paling kritis dan tidak berdaya sama sekali bahkan untuk menopang hidupnya sendiri)

Al Maududi mengeksplorasi ayat di atas sebagai berikut :
Dalam bahasa Arab اقْتَحَمَ bermakna memperlakukan diri sendiri dengan tugas-tugas yang berat dan melelahkan.  Sedangkan الْعَقَبَةَ bermakna alur yang curam yang melintasi gunung menuju puncaknya.  Inilah jalan yang tidak popular.  Jalan yang tidak banyak disukai orang.  Jalan yang tidak banyak dipilih orang karena menolong subyek-subyek tersebut di atas tidak tidak akan membuat seseorang menjadi terkenal.  Jalan yang tidak bisa diharapkan mendapatkan profit nyata baik secara kekuasaan, ketenaran, apalagi secara profit ekonomi.  Inilah jalan yang berat, melelahkan, lagi mendaki.  Jalan agung yang akan membawa para penempuh jalan ini kepada ketinggian kedudukan dan moral yang agung di hadapan Allah SWT. 

Betapa agungnya jalan pendakian ini bisa dilihat dari betapa besarnya balasan Allah terhadap para pendaki jalan ini.  Banyak sekali hadis Nabi Muhammad SAW yang menjanjikan balasan syurga, terlindungi segenap bagian tubuhnya dari api neraka, pahala sebanyak rambut kepala anak yatim yang dia santuni, bahkan nabi menjanjikan bagi siapapun yang menyantuni dan menjamin kehidupan anak yatim akan berdampingan dengan beliau di syarga bagaikan dua jari telunjuk dan tengah yang berdampingan satu sama lain.  Jalan ini juga diriwayatkan sebanding dengan jalan jihad membela dan meninggikan agama Allah di muka bumi.

Para professional di bidang pemberdayaan masyarakat, yang telah memilih jalan pemberdayaan sebagai pilihan hidupnya.  Jadikan jalan ini benar-benar jalan agung sebagaimana yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya akan balasannya.  Marilah jalan ini kita jalankan secara professional, kita jalankan secara sungguh-sungguh, kita jalankan dengan penuh kebanggaan karena inilah jalan agung pilihan Allah dan kita sambut dengan penuh rasa cinta.  Janganlah justru kita nodai, kita kotori dan kita khianati jalan agung ini dengan mementingkan kepentingan kita, pamrih kita, hasrat nafsu kita, apakah nafsu ketenaran, nafsu harta, dan nafsu kekuasaan.

Marilah kita sambut ridha Allah yang membentang di atas jalan ini dengan penuh suka cita.

Kamis, September 02, 2010

Kelembutan Hati dengan Al-Qur’an

Kamis, 23 Ramadhan 1431 H

Teman, kita ini banyak merasa gundah gulana, hati kita sering sakit, kalut dan takut menghantui. Kita sendiri bingung apa sebabnya hati menjadi seperti ini. Allah SWT, Sang Pembolak-balik hati, Dia-lah yang yang menjadikan hati kita tenang dan bergejolak. Dia-lah yang mendiding manusia dengan hatinya.

Teman, kalau kita tahu bahwa kuasa Allah-lah hati ini terkondisi, maka apa yang bisa kita lakukan agar Allah senantiasa menjadikan hati kita tenang. Tentu jawabnya adalah segala sesuatu yang menjadikan kita dekat dengan-Nya, maka hal itulah yang akan menjadikan hati kita tenang. Namun ada satu amalan yang kontribusinya sangat besar untuk menjadikan hati kita tenang, yaitu membaca Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an merupakan salah satu bentuk zikir, karena salah satu nama Al-Qur'an sendiri adalah Az-Zikra. Allah menjamin bahwa " ........ dengan berzikir kepada Allah, maka hati akan menjadi tenteram". Kita semua tahu, salah satu kenikmatan terbesar di bulan Ramadhan adalah bulannya Al-Qur'an, bulan Al-Qur'an diturunkan. Bulan di mana Al-Qur'an di baca di mana-mana, dikumandangkan dengan syahdu di masjid, musholla, dan rumah-rumah. Seluruh ummat muslim di dunia ini sedang membaca satu kitab yang sama, pagi, siang, maupun malamnya. Begitu indahnya Ramadhan ini, bumi berputar di dalam kesunyian, mengiringi syahdunya zikir bacaan Al-Qur'an yang dikumandangkan seluruh ummat muslim di seluruh penjuru dunia.

Pertemanan yang akrab dan erat akan membawa kebahagiaan dan ketenangan di antara dua orang yang sedang memadu cinta. Frekuensi pertemuan dan kualitas pertemuan inilah yang menentukan seberapa besar kebahagiaan dan ketenangan akan diraihnya. Nah sekarang seberapa besar frekuensi dan kualitas kita dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an ? Diri kita sendiri yang tahu, apakah kita saat ini begitu dekat dengan Al-Qur'an atau begitu jauh dengan Al-Qur'an. Untuk hal ini, hati kita tidak bakal menipu diri kita. Pertemanan yang akrab akan menularkan berbagai sifat. Seorang pecinta akan berusaha meniru sifat-sifat siapa yang dicintainya. Al-Qur'an mengandung kebaikan tak terhitung jumlahnya, di samping ia adalah petunjuk, sumber kebenaran, obat penawar, rahmat, dan gudang perbendaharaan rahasia Ilahi. Yang berinteraksi dengannya tentunya akan menyerap sifat-sifat kebaikan ini yang kadarnya sesuai dengan seberapa besar dan seberapa berkualitas interaksi tersebut dilakukan. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang menzalimi (diri sendiri maupun orang lain), orang-orang yang melampuai batas, justru menjadikan mereka merasa tidak memperoleh manfaat apapun bahkan merasa mengalami kerugian, dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Nah, hati kita dengan mudah akan menjawab, apakah hubungan kita selama ini dengan Al-Qur'an adalah baik-baik saja, ataukah bermasalah ?

Teman, Allah SWT sangat sayangnya pada kita, begitu kasihnya pada kita, hingga menjadikan Al-Qur'an tetap terpelihara dan sesuai aslinya hingga saat ini ada di depan kita dengan bentuk yang sangat beragam sesuai dengan perkembangan teknologi yang mengikutinya. Maha Benar dan Maha Suci Allah yang menjadikan kita di zaman ini begitu mudahnya mempelajari Al-Qur'an. Seiring dengan kompleksnya permasalahan dan semakin besarnya potensi bagi hati ini untuk sakit, menjadi kasar, menjadi bengis, maka Allah menjadikan pada waktu yang sama bagi kita, dengan mudah berinteraksi dengan Al-Qur'an melalui berbagai media dan teknologi.

Teman, marilah Ramadhan ini kita jadikan waktu yang tepat untuk berinteraksi yang akrab dengan Al-Qur'an, manfaatkan berbagai kemudahan yang telah Allah sediakan untuk kita, semoga pertemanan yang akrab ini mampu menularkan berbagai sifat-sifat baiknya, meredam dan bahkan memadamkan sifat-sifat hati kita yang kasar dan bengis dan pada akhirnya menjadikan hati ini begitu lembutnya.

Semoga,




Rabu, September 01, 2010

Hati-hati, Kemunafikan Menghantui Kita

rabu, 22 ramadhan 1431 h

Hati kita ini memang sesuatu yang sangat luar biasa. Hati ini adalah gudang simpanan berjuta rahasia, rasa, emosi, empati, respek, dendam, dengki, iri, takabur, sombong, syukur, ikhlas, belas kasih, senang, sayang, rindu, cinta, semuanya bercampur jadi satu dalam hati kita. Kita tidak bisa ditipu oleh hati kita terhadap apa yang terbersit padanya. Kita bahkan tidak bisa mengendalikan apa yang akan terbersit dari hati kita masing-masing. Karenanya maha suci Allah yang telah menciptakan hati ini begitu independent tidak bisa diintervensi, bahkan oleh yang membawanya sendiri, yaitu manusia, "Dan ketahuilah bahwasanya Allah membatasi antara manusia dan hatinya .... QS Al Anfaal : 24).

Namun demikian, yang terjadi adalah manusia lebih sering menipu kata hatinya sendiri, mengingkari kata hatinya sendiri, berpura-pura tidak tahu menahu dan bersikap masa bodoh terhadap apa yang diungkapkan oleh hatinya. Dalam jangka waktu yang lama, hati yang mestinya bisa menjadi alat peringatan dini atas bahaya-bahaya, menjadi tidak peka lagi. Hati bahkan hampir tidak berfungsi. Maka bertebaranlah wujud manusia-manusia tanpa hati, tanpa perasaan, yang menjalani kehidupan ini dengan menerjang berbagai aturan, hukum, syariat, hidup dengan penuh kepura-puraan, kemunafikan, pokoknya aman, apapun dilakukan tanpa takut dosa.

Hal gerangan apakah yang menyebabkan manusia bisa mengabaikan karunia Tuhannya yang berharga, yaitu hati nuraninya ? Di antaranya diungkapkan dalam Al-Qur'an surat At-Taubah 67 " ... mereka menyuruh berbuat kemunkaran dan melarang berbuat yang makruf, dan mereka menggenggam tangannya. Mereka telah melupakan Allah ..." Mengomentari ayat ini Al-Maududi dalam tafsirnya menyatakan bahwa karakteristik umum dari orang hipokrit (munafik) adalah :

á Lebih tertarik dengan hal-hal yang memberikan kemudharatan dan bahkan berbahaya

á Bersimpati, memuji, menyetujui, dan memberikan konsultasi bagi terlaksananya dengan mulus perbuatan-perbuatan keji dan munkar.

á Mengupayakan agar orang lain turut serta dalam perbuatan-perbuatan keji dan munkar.

á Senang dan bangga dengan kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalam progress kinerja kekejian dan kemunkaran.

á Merasa shock dan sakit hatinya melihat perbuatan makruf dan progress kinerja kemakrufan yang meningkat pesat.

á Merasa tidak nyaman sama sekali melihat ada pihak yang berkontribusi dalam kebaikan dan kemakrufan, dan mengupayakan terjadinya rintangan / halangan bagi terwujudnya kontribusi tersebut.

á Paradigma terhadap harta adalah untuk ditumpuk bagi dirinya sendiri atau untuk menunjang progress kekejian dan kemunkaran, lepas dari apakah ia memang kikir ataupun dermawan.

Di surat yang sama pada ayat 75 – 77 Allah menambahkan karakteristik orang-orang hipokrit / munafik dalam relasinya dengan Allah yang pada intinya adalah mereka begitu beraninya mendustai Allah dan tidak tahu berterima kasih sebagai seorang hamba.

Dalam konteks hubungan kemasyarakatan, bernegara, diungkapkan dalam surat yang sama ayat 98 " ... ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian ... " Al Maududi dalam tafsirnya menyatakan bahwa berbagai kewajiban yang berkenaan dengan finansial baik untuk agama atau untuk kemaslahatan masyarakat dalam pandangan mereka adalah sebagai satu hukuman, atau maksimal hanya untuk menunjukkan pada orang lain bahwa ia adalah orang yang loyal, bukan karena rasa tunduk dan patuhnya serta untuk menjalankan perintah Allah.

Karena itu hati-hatilah kita semua. Jangan-jangan ada salah satu sifat atau bahkan beberapa sifat yang ternyata melekat dalam diri kita. Tidak mustahil hati yang tidak dirawat, tidak dipelihara, tidak didengar, akan tumbuh menjadi hati yang tertutup, sebagaimana cermin yang tidak pernah dibersihkan, tidak bisa dipakai lagi untuk berkaca diri, tidak peka lagi terhadap kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Bukan Allah yang menutup kejernihan hati ini, namun kejelekan, kemunkaran, dan kekejian yang kita lakukanlah yang menutup mata hati kita sendiri. Dalam surat Al Muthoffifin 14 " Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itulah yang menutup hati mereka"

Karena itu marilah di bulan penuh ampunan ini kita banyak bertaubat, minta ampunan dan maaf atas kezaliman kita terhadap diri sendiri, terhadap orang lain dan terhadap Allah. Marilah kita memadukan antara permohonan ampunan ini dengan pembaharuan ikrar terhadap syahadat kita, persaksian dan pengakuan kita akan keesaan Allah, seraya kita siap memaafkan dan berlapang dada kepada orang lain, karena Allah adalah sang Maha Pemaaf, Ia sangat mencintai kemaafan, mencintai hambanya yang saling memaakan. Apabila hambanya saling memaafkan, maka mereka pada hakikatnya sedang berinteraksi dengan sifat Allah yang maha pemaaf. Mudah-mudahan banyaknya kalimat zikir, dan istighfar serta syahadat kita, mampu menjadi penghapus bagi sifat-sifat kemunafikan kita, sehingga hati kita menjadi jernih, terang, dan kembali mampu berfungsi sebagaimana tempat berbagai rahasia dan perbendaharaan kita simpan, dan yang lebih penting adalah sebagai teman baik yang akan memperingatkan berbagai bahaya dan kemudharatan yang hadir di depan kita. Semoga.

Salam Sukses






Selasa, Agustus 17, 2010

Amarah Vs Pemaaf, Energi Negatif Vs Energi Positif


Di antara salah satu sifat Ihsan yang Allah sangat sukai ada pada diri manusia adalah dia yang mampu menahan amarahnya dengan sabar meskipun mereka sebenarnya mampu menampakkan kemarahan tersebut. Sifat mudah marah di masa-masa sekarang ini seakan menjadi hal sangat biasa dan termasuk yang ditolerir dan bisa jadi termasuk salah satu budaya, artinya tiada hari tanpa marah, tanpa pertengkaran, tanpa perkelahian, tanpa pertikaian, dan tanpa kekacauan. Masyarakat kita pun dewasa ini begitu mudahnya disulut emosinya dengan isu-isu yang sepele namun reaksi mereka sungguh-sungguh sangat tidak rasional dan cenderung destruktif bahkan brutal. Mungkin di antara kita pun, yang peka terhadap perubahan yang ada dalam dirinya, mulai menangkap tanda-tanda pembangkit kemarahan ini. Kita mulai merasa lebih mudah tersinggung, gampang curiga, lebih sensitif, dan mudah berpikiran negatif, bahkan terhadap diri kita sendiri.

Firman Allah dalam Al Qur'an surat Ali 'Imron 134 bahwa ampunan dan surga yang seluas langit plus bumi ini dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa. Di antara sifat yang mutlak harus dimiliki oleh orang yang bertakwa adalah kemampuan menahan amarah, menahan emosi, walaupun sebenarnya ia mampu dan kuasa untuk melampiaskan amarah itu. Pelengkap sikap ini yang juga mutlak harus ada pada orang bertakwa adalah pemaaf terhadap orang yang melakukan keaniayaan kepadanya tanpa keinginan untuk membalas dendam walaupun ia mampu dan kuasa untuk melakukannya.

Setiap kali amarah muncul, ternyata energi negatif mendadak kita serap untuk masuk dalam diri kita, masuk dalam pikiran kita, masuk dalam emosi kita, masuk dalam otak kita, dan masuk dalam hati kita. Intinya kita secara sengaja dan sadar sedang memasukkan "unsur syeitan" dalam diri kita. Unsur ini akan masuk ke aliran darah kita dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kita, fisik dan psikis serta emosional kita. Kalau kita sepakat dengan definisi syeitan yaitu segala sesuatu yang akan menjauhkan kita dari rahmat Allah. Salah satu yang menjauhkan kita dari rahmat Allah ini adalah amarah, maka amarah itu adalah syeitan yang harus kita jauhi. Hal lain yang bisa menjauhkan kita dari rahmat Allah adalah kekikiran, keserakahan, kerakusan, maka ketiganya adalah syeitan yang harus kita jauhi.

Karena berbagai unsur dalam tubuh kita telah tercemari oleh syeitan, maka muncullah tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan tindakan manusiawi, namun cerminan perbuatan syeitan yang terkutuk. Degub jantungnya menjadi lebih keras dan cepat, emosinya memuncak, tidak terkontrol, ditandai dengan warna merah padam di air mukanya, keluar dari mulutnya cacian, makian, keluar dari tangan dan kakinya tamparan, lemparan, pukulan, tendangan, pengrusakan, pembakaran, bahkan pembunuhan.

Maha Suci Allah yang sangat melarang sifat amarah ini dalam diri orang bertakwa, dan sebaliknya mewajibkan adanya sifat menahan amarah dan pemaaf. Sifat pemaaf ini membutuhkan adanya sikap lapang dada, selalu berprasangka baik, berhati lemah lembut, kemampuan berempati, kemampuan mengendalikan emosi, serta kemampuan reflektif – mampu bercermin terhadap diri sendiri, mampu mengkoreksi diri sendiri, mampu dan mau mengakui kesalahan yang dilakukannya sendiri. Intinya adalah orang bertakwa diharuskan senantiasa memasukkan pikiran positf, energi positif ke dalam tubuhnya, fisik, psikis, maupun emosional. Dari energi positf inilah akan muncul cerminan perbuatan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah.

Maha Suci Allah yang telah menetapkan bulan Ramadhan dengan kewajiban berpuasa sebagai bulan media latihan massal bagi kita selama satu bulan penuh untuk meningkatkan dan memasukkan berbagai energi positif dalam diri kita, fisik, psikis, dan emosional. Maha benar Allah dengan firman-Nya di akhir surat Al-Baqarah 184 "bahwasanya berpuasa itu jauh lebih baik bagimu, jikalau engkau mengetahui (rahasia-rahasianya)"

Salam Sukses





Jumat, Desember 18, 2009

Berhasil atau gagal, Anda Sendiri yang Memilih – Renungan Akhir Tahun Hijriyah

Di antara salah satu sifat dominan manusia adalah tidak mau disalahkan, susah mengakui kesalahan, dan paling gampang menyalahkan orang lain. Suatu kejelekan dan kegagalan yang menimpa kita seringkali begitu mudahnya kita melemparkan penyebabnya entah karena pimpinan yang tidak becus, anak buah yang tidak loyal, anak yang malas, suami yang tidak setia, istri yang pembangkang, orang tua yang keras kepala, anak yang malas, tetangga yang angkuh, masyarakat yang anarkhi, ataupun bahkan negara dan pemerintah yang bobrok. Begitu mudahnya semudah kita mengklaim setiap bentuk keberhasilan dan kebaikan adalah karena kepiawaian-ku.



Di saat kita melemparkan penyebab kegagalan dan kejelekan kepada orang lain atau pihak lain di saat itu akan ada beberapa hal buruk lainnya sebagai tambahan / bonus kegagalan dan kejelekan yang sudah menimpa kita dan celakanya lagi hal ini tidak kita sadari sama sekali, yaitu :


ª Kita memposisikan diri kita sendiri sebagai korban atas perbuatan atau pihak lain yang kita anggap menguasai kita. Sebagai korban mungkin kita akan mendapatkan belas kasihan dari pihak lain, atau rasa simpati dan empati dari orang lain. Namun dalam jangka panjang hal ini tidak ada gunanya sama sekali bahkan bisa jadi akan semakin menjadikan situasi menjadi lebih buruk lagi.


ª Pilihan sebagai korban berarti kita telah memvonis diri kita tidak berdaya. Kita tidak mampu keluar dari situasi buruk seperti ini. Kita tidak punya jalan lain kecuali menunggu situasinya berubah dengan sendirinya, orang lain berubah dengan sendirinya, pihak lain berubah dengan sendirinya.


ª Kita melepaskan tanggung jawab kita sendiri, tanggung jawab peran kita sendiri. Hal ini sama dengan kita mengelak dari posisi penyebab sesuatu yang menimpa kita tersebut. Dengan melepas tanggung jawab, maka kita seakan tidak ada kekuatan sama sekali untuk melakukan perbaikan. Dengan mengambil alih posisi tanggung jawab sepenuhnya atas apa yang sedang terjadi (meskipun ini sangat sulit), maka kita akan tergerak untuk menjadi agen perubahan yang berarti memiliki kekuatan untuk memilih melakukan perubahan ke arah yang baik.


ª Menyalahkan pihak lain, atau situasi yang tidak mendukung hanya akan memberikan jalan keluar yang paling mudah namun menipu. Anda tidak mempunyai pilihan-pilihan lainnya kecuali hanya satu, yaitu pihak lain atau situasi harus berubah terlebih dahulu.


ª Kita tidak akan mempunyai pilihan-pilihan. Kehidupan apapun yang menimpa kita hakikatnya adalah pilihan kita sendiri. Kita yang menciptakan dunia kita sendiri, kita yang menciptakan nasib kita sendiri. Bukan orang lain yang menciptakan kegagalan kita, bukan orang lain yang menciptakan ketidakberuntungan kita, kita sendiri yang menciptakan kehebatan kita dan keberuntungan kita. Karena itu celalah diri sendiri atas kegagalan, kejelekan dan keburukan yang menimpa kita, jangan mencela orang lain, karena kita sendiri yang memilihnya.


ª Menyalahkan pihak lain atau situasi sekitar kita berarti kita mencetak mekanisme berpikir kita menjadi negatif. Kita terus melatih pikiran-pikiran kita untuk berpikir negatif yang pada akhirnya membuat keyakinan-keyakinan kita pun negatif. Kita menutup peluang-peluang keberhasilan dan kebaikan melalui cara berpikir dan keyakinan kita yang negatif. Pikiran dan keyakinan negatif bagaikan magnit yang sangat kuat, sedemikian kuatnya hingga mampu menarik hal-hal negatif yang ada di sekitar kita.



Perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri. Kita tidak bisa menunggu pihak lain berubah, orang lain berubah, lingkungan berubah, masyarakat berubah, pimimpin berubah, anak buah berubah, anak kita sendiri berubah, tetangga kita berubah, orang tua kita berubah, suami kita berubah, istri kita berubah, masyarakat kita berubah, negara kita berubah, pemerintah kita berubah. Mengubah semua itu adalah sangat sulit, maka pilihan yang paling mudah adalah mengubah terlebih dahulu diri kita sendiri.



Karena itu (sebagaimana dikutip dari Adam Khoo dan Stuart Tan dalam Master Your Mind, Disign Your Destiny) pilihannya adalah :


Jika kita ingin memiliki anak-anak terbaik, maka jadilah orang tua yang terbaik.


Jika kita ingin istri yang baik, maka jadilah suami yang baik pula.


Jika kita ingin suami yang sempurna, maka jadilah istri yang sempurna pula.


Jika kita ingin memiliki anak buah yang terbaik, maka jadilah bos dan pemimpin yang terbaik pula.


Jika kita ingin menarik pelanggan terbaik, maka kita harus menjadi perusahaan yang terbaik pula.


Jika kita ingin mendapatkan kekayaan yang terbanyak, maka kita harus mampu memberikan nilai tambah yang terbanyak pula.



Karenanya menurut Pak Adam Khoo dan Mr. Stuart Tan ini, sering-seringlah kita berlatih membuat pernyataan bahwa sayalah yang memilih.


Sayalah yang memilih untuk merasa depresi.


Sayalah yang memilih berkomunikasi dengan cara yang membuat mereka tidak memahami saya.


Sayalah yang memilih membiarkan staf saya tidak memiliki motivasi.


Sayalah yang memilih hasil yang buruk


Sayalah yang memilih membiarkan mereka memanfaatkan diri saya


Sayalah yang memilih membiarkan kesehatan saya jelek


Sayalah yang memilih ............................



Sebagai akhir renungan



Terkutip dalam Al-Qur'an surat An Nisaa' (4) ayat 79 sebagai berikut :


"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri....."



Dan bahkan syetan pun (yang selama ini kita anggap sebagai biang keladi berbagai kerusakan dan keburukan di antara manusia) pada saat hari pengadilan kelak, mengelak dari berbagai tuduhan manusia kepadanya dengan mengatakan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim (14) ayat 22 sebagai berikut :


"...... Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu janganlah kamu mencercaku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri......"

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1431 H, semoga kebaikan dan keberhasilan senantiasa menjadi pilihan kita








Apa dia selingkuh?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!

Sabtu, September 26, 2009

Tundukkan Dunia & Akhirat dengan Akhlak Muliamu

Allah SWT berfirman dalam surat Al Qolam (68) : 4 yang artinya "Dan sesungguhnya kamu (wahai Nabi Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." Mengomentari ayat ini Abul A'la al Maududi dalam Tafhim al Qur'an menyatakan sebagai berikut :


§ Bahwasanya kokohnya karakter engkau (wahai Nabi) dengan kemuliaan dan keluhuran akhlakmu, menyebabkan engkau tangguh dalam menghadapi berbagai kekerasan dalam pencapaian misi utamamu, yaitu menghantarkan manusia ke jalan yang benar / lurus, di mana hal ini tidak akan mungkin bisa diemban oleh orang yang mempunyai karakter lemah, akhlak yang buruk dan rendah.


Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin mengeksplorasi secara detail bahasan tentang akhlak yang mulia ini di antaranya sebagai berikut :


§ Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebagusan akhlak. Lalu beliau membaca firman Allah S. Al A'raf : 199, 'hendaklah (jadilah) engkau pemaaf, menyuruh mengerjakan yang baik dan tinggalkan orang-orang yang tidak berpengetahuan (bodoh).' Kemudian nabi melanjutkan dengan sabdanya 'yaitu engkau sambung silaturrahim orang yang memutuskan dengan engkau. Engkau memberi kepada orang yang tiada mau memberi kepada engkau. Dan engkau memaafkan kepada orang yang berbuat aniaya kepada engkau.'


§ Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah SAW dan bekata "Berilah aku wasiat", lalu nabi bersabda : 'bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada' lalu apa, kata si peminta wasiat, nabi menjawab 'ikutkanlah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya yang baik itu akan menghapuskan yang buruk,' lalu apa lagi, demikian kata si peminta wasiat, nabi menjawab 'berakhlaklah dengan manusia, dengan akhlak yang baik.'


§ Nabi bersabda "sesungguhnya hamba itu akan sampai pada tingkat yang paling bawah dari neraka jahanam dari buruk akhlaknya".


§ Yahya bin Mu'adz berkata : "dalam kelapangan akhlak itu terdapat gudang rizki".


§ Al Junaid berkata : "empat perkara mengangkatkan seseorang hamba ke derajat yang paling tinggi, walaupun amalan dan pengetahuannya sedikit, yaitu : lemah-lembut, rendah-hati, murah-hati, dan bagus akhlak, dan itulah kesempurnaan iman".


§ Anas bin Malik berkata : "bahwa seseorang akan sampai ke tingkat tertinggi di sorga disebabkan kebagusan akhlaknya, walaupun ia orang yang tidak banyak ibadahnya, dan akan sampai ke tingkat yang paling rendah dalam neraka jahanam disebabkan oleh keburukan akhlaknya walaupun ia seorang yang banyak ibadahnya".


Steven K. Scott pernah membuat riset khusus tentang berbagai kebijaksanaan yang ada dalam kitab Amsal Sulaiman untuk menguak rahasia kesuksesan, kemakmuran, dan kebahagian Raja Sulaiman, manusia terkaya yang pernah ada di muka bumi. Menurut pak Steven ini, ada empat sifat yang menjadikan Anda tak ternilai harganya yaitu :


§ Kebaikan dan kejujuran – lebih berharga dari intan 20 karat, buatlah kedua sifat ini menjadi bagian utama dari diri dan tindakan Anda.


§ Kemurahan hati – sifat yang menerima lebih banyak daripada yang diberikan. Orang murah hati berarti memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan nyata orang lain, apakah dengan uang, tindakan, ataupun dukungan emosional. Terhadap orang murah hati ini seperti jaji Raja Sulaiman bahwa 'ia tidak akan pernah kekurangan apapun, dan ketika dia menyegarkan orang lain, dia pun akan disegarkan'.


§ Keramahan – sifat yang mengangkat derajat Anda dalam pandangan orang lain. Menurut Raja Sulaiman sifat ini akan menjadikan Anda memperoleh kemenangan, kehormatan, dan kharisma. Begitu Anda mengembangkan hati yang ramah dan memberikan keramahan kepada orang lain dalam kehidupan Anda sehari-hari, Anda akan menerima manfaat yang dijanjikan Raja Sulaiman







Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik.
Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang!

Sabtu, September 19, 2009

Selamat Jalan Kafilah Agung, Ramadhan Al-Mubarak

Sabtu, 29 Ramadhan 1430 H


Para kafilah yang mulia mulai mengemasi barang-barang dagangan berharga mereka. Waktunya telah cukup diberikan untuk melakukan perniagaan paling menguntungkan dengan mereka. Barang perniagaan tiada ternilai yang dibawa kafilah mulia ini adalah rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Mereka menjualnya dengan harga yang sepadan yaitu puasa, istighfar, shalat malam, tilawatil qur'an, zikir, doa, i'tikaf, kejujuran, kedermawanan, perkataan baik, persaudaran, silaturrahim, dan penahanan diri dari segala akhlak buruk.


Oh, betapa sedihnya hati ini ditinggalkan mereka. Berhari-hari mereka berkeliling menawarkan barang perniagaan berharga ini. Namun kami-kami ini rasanya enggan membeli. Kami-kami ini membeli dengan setengah hati, seakan-akan kafilah mulia ini yang butuh perniagaan ini, padalah barang yang mereka bawa sangat kami butuhkan untuk kehidupan kami saat ini dan saat mendatang, sepanjang masa kehidupan kami. Kami-kami ini rasanya yakin sekali bahwa kafilah mulia ini akan hadir lagi tahun depan.

Namun setelah para kafilah mulia ini pergi, mulailah sesal mendalam menghinggapi kami-kami ini. Sang penasihat di antara kami berkata "mengapa di saat kehadiran mereka di tengah-tengahmu, engkau tidak bergegas menyambut dan menemui mereka ?" "Mengapa justru di saat mereka telah pergi, kini engkau sibuk ke sana ke mari mencari mereka ?" "Yakinkah engkau bahwa tahun depan saat kafilah mulia ini datang lagi, engkau masih tetap tinggal di kampung ini ?"

Oh, Ramadhan al-Mubarak, kini saatnya engkau harus bergegas meninggalkan kami. Engkau meninggalkan kenangan indah yang tak terlupakan sepanjang hidup kami. Meleleh air mata ini karena sedih dan sesal dengan perpisahan ini. Meleleh air mata ini karena haru atas banyaknya kebaikanmu. Maafkanlah kami yang tidak menyambutmu dengan sambutan yang semestinya kami berikan kepada tamu teragung yang pernah mengunjungi kami.

Ya Allah, maafkanlah segala dosa kami ini, kami mengakui segala kezaliman kami ini. Ya Allah berikanlah kami kesempatan untuk menyambut dengan layak tamu agung ini. Wahai tamu agung, wahai kafilah agung, wahai Ramadhan al-Mubarak, sudilah kiranya engkau datang lagi ke kampung kami ini, .... kami sangat merindukanmu.










"


Apakah saya bisa menurunkan berat badan?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! "

Selasa, September 15, 2009

RENUNGAN RAMADHAN - 5

Islam - Fitrah Manusia, Fitrah Alam Semesta

Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Ruum : 30

030. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Mengkomentari rangkaian ayat di atas Abul A'la al Maududi dalam tafsirnya Tafhim al Qur'an sebagai berikut :

§ "maka" bermakna tatkala realitas telah benar-benar nyata bagimu dan telah datang kepadamu pengetahuan bahwa tiada sesuatupun selain Allah sebagai pencipta dan pengatur serta penguasa semesta alam ini dan termasuk penguasa manusia, selanjutnya tidak bisa tidak perilakumu semestinya seperti tersebut di dalam ayat ini.

§ Yaitu "hadapkan wajahmu dengan lurus" janganlah kau berpaling ke arah yang lain setelah memilih jalan dan sistem hidup ini. Engkau semestinya berpikir seperti layaknya seorang muslim, kesukaan dan ketidaksukaanmu semestinya juga adalah seperti halnya seorang muslim. Nilai-nilai-nilai hidupmu dan standar hidupmu juga semestinya yang Islami, karakter dan perilakumupun semestinya mencerminkan seorang Islam. Segala urusanmu baik individu maupun kolektif pun semestinya juga dengan jalan dan cara yang Islami.

§ "kepada agama (Allah) ini" bermakna apa-apa yang dibawa dalam Al Qur'an, di mana tidak ada satupun kecuali Allah yang layak dalam pengabdian, penghambaan, dan kepatuhan serta ketaatan. Tidak ada satupun yang layak disandingkan dengan-Nya dalam penyembahan, dalam sifat-sifat-Nya, dan dalam kekuatan serta keMahaBenaran-Nya, di mana manusia diberi kebebasan memilih jalan hidupnya apakah akan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dan aturan yang ditetapkan Allah SWT atau memilih tidak.

§ " (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu" mempunyai makna yang sangat luas dan mendalam. Seluruh umat manusia diciptakan pada fitrah alamiah yang tidak ada satupun selain Allah sebagai pencipta sekaligus pengaturnya. Engkau harus senantiasa tetap berada dalam fitrah alamiah penciptaanmu. Bila engkau memilih untuk hidup sebebas-bebasnya, engkau pastinya akan mengikuti jalan yang melawan fitrah alamiahmu, dan jikalau engkau memilih menjadi pelayan dan penghamba yang lain di samping Allah maka itu berarti engkau akan menentang fitrah alamiah penciptaanmu sendiri. Ini sejalan dengan hadits riwayat Bukhari dan Muslim bahwa "setiap bayi yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitrah, tergantung pada orang tuanya yang akan menjadikan ia seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, dan seterusnya."

Agama Islam ini adalah agama fitrah, yang seluruh tuntunan syariatnya adalah sesuai dengan hukum-hukum alam, tinggal waktu saja yang akan menjadi saksi atas kesesuaian seluruh syariat Islam ini dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan alam atau science. Contoh yang kecil, disyariatkannya berpuasa Ramadhan, dengan berpantang makan dan minum selama kurang lebih 13-14 jam sehari dari mulai Shubuh hingga Maghrib, ternyata berdasarkan studi-studi kesehatan didapatkan hasil yang menakjubkan sebagai berikut :

³ Makanan yang kita makan membutuhkan waktu untuk bisa dicerna habis dalam kurun waktu 8 jam, sehingga memberikan kesempatan pada berbagai organ dalam terutama organ-organ penting pencernaan untuk bisa beristirahat sekitar 5-6 jam setiap harinya selama 1 bulan, setelah selama 11 bulan terus-menerus kita paksa untuk menggiling makanan bahkan hampir 24 jam tanpa henti, karena ternyata kita sering terus-menerus makan tanpa henti mulai bangun pagi hingga mau tidur malam !

³ Pola makan modern dewasa ini ternyata penuh dengan hal-hal yang berbahaya bagi kesehatan manusia untuk jangka panjang, seperti makanan berlemak, minuman bersoda, makanan berpengawet, berpewarna buatan, yang ditanam dengan pestisida, herbisida, ditambahkan pupuk buatan, padahal Allah memperingatkan manusia dalam surat 'Abasa (80) : 24 "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makannya" artinya perhatikan bagaimana jenis makanan, cara makan, berapa banyak makan, bagaimana mengolah makanan, frekuensi makan, dan seluk-beluk tentang makanan lainnya. Syariat Islam sangat menjaga kesehatan fisik dan psikis manusia lewat makanan, karena itu berbagai jenis makanan yang membahayakan baik fisik maupun psikis manusia dilarang untuk dikonsumsi. Jenis-jenis makanan modern ternyata begitu masuk di dalam tubuh manusia banyak menghasilkan berbagai racun dan oksidan bebas. Dengan berpuasa Ramadhan, berpantang makan 13-14 jam sehari, yang 8 jam digunakan untuk menggiling makanan sahur hingga lumat dan habis, ternyata sisa waktu 5-6 jam digunakan oleh berbagai organ dalam pencernaan tubuh untuk membakar berbagai racun dan oksidan bebas tersebut. Penelitian medis menunjukkan bahwa orang yang berpuasa sebulan setelah usai berpuasa ternyata kandungan racun dan oksidan bebasnya dalam tubuh menjadi berkurang drastis karena terbakar oleh mekanisme alami tubuh saat puasa. Ramadhan menurut arti kata adalah membakar, ternyata bukan hanya dosa saja yang terbakar namun juga berbagai racun dalam tubuh manusia.


³ Penelitian mutaakhir menunjukkan bahwa dengan berpuasa mampu meremajakan sel-sel otak manusia, menjadikan pelakunya meningkat kinerja berpikir dan daya ingatnya.

Inilah salah satu saja dari syari'at Islam yang ternyata begitu alamiah, sesuai, sejalan, serasi, dengan hukum-hukum alamiah yang telah Allah tetapkan dalam takdirnya yang azali sejak Ia menciptakan alam semesta termasuk manusia, begitu fitrahnya Islam ini.


"Tidak ada perubahan para fitrah itu", menurut Abul A'la al Maududi juga bermakna 'janganlah mengupayakan apapun yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan alam ini, perubahan pada fitrah ini, yang telah Allah atur' sedemikian rapinya tanpa ada pertentangan, tanpa ada mismatch satu sama lain, "tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" perilaku manusia yang tidak mau menerima Islam sepenuhnya sebagai agama yang fitrah ini, atau perilaku manusia-manusia yang tidak mengetahui dikarenakan belum ada pengetahuan yang sampai padanya, menyebabkan ketidakseimbangan dan kerusakan pada hukum-hukum alam yang fitrah ini.










Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!

Selasa, September 08, 2009

Renungan Ramadhan - 4


Altruisme, Tanda Ketakwaan Seseorang



Allah SWT berfirman dalam surat Adh Dhariyat (51) ayat 15 – 19 sebagai berikut :


015. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, 016. sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; 017. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; 018. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). 019. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.



Mengkomentari rangkaian ayat di atas Abul A'la al Maududi dalam tafsirnya Tafhim al Qur'an sebagai berikut :


Terdapat tiga kualitas dasar orang-orang beriman dan beramal saleh yang menjadikan mereka sangat layak, patut dan memang sangat pantas menjadi penghuni surga, yaitu :



a) Mereka percaya kepada hari pembalasan segala amal, hari kebangkitan, hari pertanggungjawaban, dan menahan diri dari segala perbuatan dan sikap yang akan membuat celaka pada kehidupan setelah mati kelak, menurut petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

b) Mereka melakukan segenap upaya yang keras dan terbaik yang bisa mereka lakukan dalam penghambaan kepada Allah dan senantiasa berusahan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah alih-alih berbangga dengan kesalehan mereka.

c) Mereka memperlakukan diri sebagai pelayan para hamba Allah.


Bahwasanya hak orang-orang yang membutuhkan terhadap harta kekayaan orang-orang beriman di ayat ke 19 bukanlah bagian zakat yang telah diwajibkan oleh agama. Namun ada satu keyakinan dari orang beriman bahwa masih ada hak / kebutuhan terhadap harta kekayaannya bahkan setelah ia melunasi kewajiban zakatnya dan ia mengeluarkan harta kekayaan itu dengan ikhlas / sepenuh hati sekalipun tidak diwajibkan secara syariah.


Ruh dari perintah Allah ini adalah bahwa orang beriman dan beramal saleh tidak pernah salah paham bahwa dengan berzakat berarti telah gugur kewajiban mereka terhadap Allah dan para hamba-Nya yang membutuhkan dan setelahnya tidak ada lagi keterikatan mereka untuk menolong orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Sebaliknya setiap hamba Allah yang benar-benar saleh dan baik, tetap siap sedia untuk melakukan kebaikan / pemberian apapun yang dapat ia lakukan dengan sepenuh hati. Ia tidak akan pernah melalaikan kesempatan apapun untuk melakukan kebaikan / pemberian kepada manusia di muka bumi ini. Ia tidak pernah berpikiran bahwa telah banyak kebaikan / pemberian yang telah ia lakukan dan sekarang sudah cukup. Siapapun yang meyakini nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, tidak akan menganggap hal ini (bahwa terus menerus memberi dan berbuat baik) sebagai sebuah beban, namun tetap akan melakukan dan terus melakukan. Tetap menganggap bahwa dengan melakukan berbagai kebaikan dan pemberian pasti akan memberikan kebaikan pada dirinya, bukannya malah merugikan atau membangkrutkan dirinya.







__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com