Tampilkan postingan dengan label Cerita Lapangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Lapangan. Tampilkan semua postingan

Selasa, Agustus 05, 2008

Kekurangan Kita - Kelebihan Teman

Seperti biasanya di akhir acara outbound saya meminta peserta yang kali ini terdiri dari para kader desa dan Pendamping Lokal (semacam fasilitator tingkat kecamatan) serta pengurus UPK (unit pengelola kegiatan di program PNPM-MP) di salah satu kecamatan untuk mengungkapkan bagaimana perasaannya. Ini saya lakukan selain untuk mendapatkan feed back bagi peningkatan kualitas layanan saya di kemudian hari, juga untuk mendeteksi seberapa dalam peserta telah tersentuh aspek emosionalnya - hatinya - bukan sekedar logikanya - akal pikirannnya -.

Kali ini tampil dengan gaya bicara yang berani dan lugas (kalau tidak lupa ia dari PL), seorang perempuan. Ia mengungkapkan dengan kata-kata yang lancar " ... melalui permainan-permainan ini kita dilatih untuk senantiasa bekerja sama, kompak, saling menolong. Kita dituntut untuk kreatif dan bekerja dengan strategi yang tepat (teman sebelumnya mengatakan bahwa dengan kreatif dan strategi yang tepat, semua masalah apapun akan dapat diselesaikan dengan cepat). Di samping itu melalui permainan ini kita bisa menyadari kekurangan-kekurangan kita, kita mengetahui kelebihan-kelebihan kita, dan juga kelebihan-kelebihan teman-teman kita. Kita gunakan kelebihan kita dan kelebihan teman-teman kita untuk menghasilkan kekuatan bersama untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik .... "

Luar biasa, saya kali ini dibuat tercengang, termenung, sekaligus introspeksi dan kritik ke diri saya sendiri, akankah saya bisa seperti itu ?

"Saya Akan Terapkan Di Keluarga Saya ..."

Di akhir pelatihan outbound yang saya lakukan bagi para kader desa di kabupaten Trenggalek, seperti wajarnya akhir sebuah training adalah meminta kesan dan perasaan peserta setelah mengikuti seluruh rangkaian games. Ini saya lakukan juga untuk mendapatkan umpan balik bagi cara-cara saya dalam melakukan fasilitasi, sehingga lebih bisa ditingkatkan lagi kualitasnya. Secara acak saya mencoba untuk menawarkan siapa saja peserta yang mau berbicara. Tapi sekian detik tidak ada yang mau bicara, saya mencoba meminta wakil dari masing-masing kecamatan, karena outbound kali ini diikuti oleh para kader desa dari 2 kecamatan. Majulah seorang peserta laki-laki yang penampilannya sangat sederhana, dengan berpakaian kemeja batik (kalau tidak lupa ya, karena sudah cukup lama), ia berdiri dan berkata " .... dari permainan ini saya kira desa harus menjadi kompak, saling menolong, dan saling membantu. Kalau semua desa bisa melakukan ini, saya kira semua masalah di desa bisa akan mudah diatasi. Saya sendiri akan memulai ini dari diri saya sendiri, akan saya terapkan pada keluarga saya, anak-anak saya, dan istri saya.....".

Saya begitu tercengang mendengarkan ini, tak saya duga sama sekali laki-laki itu mengeluarkan kalimat-kalimat seperti itu di hadapan kami semua.

Outbound vs Osbond

Suatu ketika, saya melakukan pelatihan outbound kepada para kader desa di kabupaten Trenggalek. Seperti biasa setelah melewatkan beberapa games, sambil mengisi waktu menjelang break, saya menanyakan ke peserta tentang perasaanya setelah mengikuti game-game itu. Salah seorang peserta laki-laki nyeletuk "... apa yang kita lakukan bersama ini seperti yang terlihat di televisi, yang saya lupa namanya, tapi kalau tidak keliru lho... namanya itu Osbond". Serempak peserta pada tertawa dan mengolok " ... Huuuuuu ... ", tapi laki-laki tadi tidak kalah cerdiknya " ... khan tadi saya bilang, kalah tidak salah ..... ". Ia meneruskan " ... dengan permainan ini kita seperti kembali ke masa kecil, tapi kali ini kita bermainan dengan ada maknanya... ".

Demikianlah, sejak itu terkenallah outbound di sana dengan sebutan osbond, lebih mudah diingat karena mirip dengan James Bond.

Senin, Agustus 04, 2008

“FILM SOROT”


Pada saat penggalian gagasan di desa Candirejo, bertepatan dengan hujan deras, sehingga pada saat acara akan dimulai banyak peserta yang belem hadar, mengingat waktu sudah mendekati maghrib, KPMD dan Pelaku program di desa mengambil inisiatif menjemput peserta. Ternyata peserta di desa sudah berisiap-siap untuk berangkat. KPMD bertanya pada salah satu Ibu, "Saya pikir nggak jadi datang, Bu?", "Saya pasti datang Nak, lha katanya ada acara muter film sorot", sahut Ibu tadi. Disambut gelak tawa orang seisi mobil. Karena yang dimaksud film sorot hádala penayangan materi penggalian gagasan memakai media InFocus.

(Ditulis oleh Fasilitator Kecamatan PNPM-MP Kec. Ponggok – Blitar)




“MASA DEPAN BUKAN RUMAH MASA DEPAN”


Dalam rangka Perencanaan Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perdesaan( PNPM-MP )di wilayah kecamatan Panggungrejo tahun anggaran 2008 , Pelaku-pelaku di desa seperti KPMD dan TPK setelah diberikan pembekalan lewat pelatihan maka mereka langsung melakukan aksinya yaitu melakukan proses penggalian gagasan untuk kepentingan program dan untuk kepentingan dukumen RPJMDes.

Dalam Penggalian gagasan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KMPD) yang di dampingi Fasilitator Kecamatan (FK) pada pertemuan salah satu desa di wilayah Panggungrejo yaitu di dusun kalirejo desa Panggungasriada beberapa hal yang sangat menarik antar lain :

Ketika KPMD membeberkan peta sosial yang didalamnya lengkap legendanya, tingkat kesejahteraan masyarakat yang diberi tanda merah, kuning, dan hijau ada salah satu peserta rapat spontan mengatakan " Lho mas kenapa harus menggabar seperti itu saya gak bisa menggambar mas " Mas Shobip selaku KPMD langsung menjawab saya tidak mengajak bapak menggambar tapi saya mau menunjuknan gambar kondisi tempat tinggal bapak di sini, ya inilah gambar tempat tinggal bapak. " Oh saya kira saya disuruh gambar " kata pak Deno. Setelah peta sosial ditempel FK membantu KPMD melakukan menggagas Masa Depan Desa dengan mengawali salam dan mengajak peserta mencermati peta tersebut ada yang biru menggambarkan orang kaya, kuning orang sedang, dan merah orang miskin.

Ternyata pada peta tersebut banyak yang merah , FK menayakan pada perserta kenapa bapak-bapak disini kok banyak gambar yang merah ¿, dengan adanya pertanyaan tersebut banyak perserta toleh kanan kiri merasa kebingungan yang menandakan mereka selama ini tidak mengetahui kondisi mereka .setelah itu dilanjutkan pertanyaan oleh FK yaitu bapak-bapak berserta ibu-ibu yang hadir ini mau merubah merah menjadi biru ¿ semua pserta menyahut "Mau Pak tapi gimana caranya "¿ Begini mulai sekarang bapak-bapak dan Ibu-ibu harus mempunyai mimpi mempunyai angan-angan untuk lima tahun kedepan dan mimpi inilah yang harus kita lakukan agar kondisi dusun ini atau desa ini menjadi yang lebih baik dari sekarang. P. Deno langsung berpendapat , Pak FK kalau begitu saya punya mimpi masa depan yang paling akhir itu ada di sebelah timur itu pak , FK menyahut apa disebelah timur pak ¿ P. Deno menjawab ; Kuburan pak , jadi saya mengusulkan kuburan itu dibangun yang bagus sehingga masa depan kita menjadi lebih enak, ya kan pak ¿ Dengan pendapat P. Deno banyak perserta yang tidak setuju seperti P. Dain langsung menegur P.Deno, " No kowe lek ra ngerti maksute rasah ngomong, seng dimaksut masa depan kuwi masa depane awake dewe seng sek urip,(No kalau kamu tidak paham maksudnya tidak usah banyak ngomong, yang dimaksud masa depan ádalah masa depan kita yang masih hidup) Sahut Deno : Lho mas Kuburan iku tempat istirahat terakhir harus itu yang dibangun . Lho lha ngeyel lagi , Sahut P. Dani.

Agar tidak terjadi pertengkaran di antara peserta maka FK langsung melanjutkan proses dengan sedikit menanggapi usulan P.Deno agar tidak merasa tersinggung, dan akhirnya peserta lainya banyak yang mengusulkan seperti Gapura, Jalan aspal, lapen, rabat, pelatihan biogas, air bersih dan lain-lainya.

(Ditulis oleh Fasilitator Kecamatan PNPM-MP Kec. Panggungrejo - Blitar)


“IDE CERDAS SEORANG NENEK”


Pada saat penggalian gagasan di dusun Kedungbiru, salah satu peserta terdapat seorang nenek Tumini yang berusia 60 th, dengan penampilan yang sederhana (memakai kain, kebaya dan centhing) dengan makan sirih selama acara penggalian gagasan disertai tutur bahasa yang sangat lugu ciri khas orang desa. Beliau mengusulkan sistem irigási yang terpadu mengingat daerah tersebut merupakan tadah hujan Namun belum dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Selama proses penggalian gagasan berlangsung si Nenek banyak dikesampingkan usul2nya oleh peserta lain. Namun berkat bimbingan dan pendampingan Pelaku Program dalam hal ini KPMD sdr. Puri Rahayu dan Peni Harsono, akhirnya peserta diberikan wawasan bahwa yang dimaksud dengan gagasan berdasarkan kebutuhan masyarakat desa ádalah seperti yang nenek Tumini usulkan. Peserta pun menyambutnya dengan tepuk tangan.

(ditulis oleh Fasilitator kecamatan PNPM MP Kec Bakung-Blitar)




Menggagas Masa Depan Desa, Tantangan & Peluang di Depan Mata


Menggagas Masa Depan Desa dengan output akhir yaitu tersusunnya dokumen RPJM-Des yang telah di Perdes-kan secara umum bisa terlaksana dengan lancar di semua lokasi kabupaten PNPM-MP di Propinsi Jawa Timur. Ada hal yang menarik yang bisa dibagi-bagikan dari pelaksanaan ini yaitu adanya dukungan penuh dari pemerintah kabupaten setempat dan ini terjadi di Kabupaten Madiun, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Lamongan.

Kabupaten Madiun per tahun 2007 kemarin telah memiliki Perda tentang Perencanaan Pembangunan Daerah, lengkap dengan Perbub-nya sehingga lay out atau sistematikan dokumen RPJM-Des ini telah disusun secara standar di kabupaten ini. Pemerintah kabupaten setelah mengetahui bahwa di PNPM-MP tahun ini terdapat kegiatan MMDD dengan output dokumen RPJM-Des ini, bagaikan gayung bersambut, menunggu-nunggu dengan penuh harap hasil fasilitasi dari para pelaku program terutama hasil bantuan teknis dari para fasilitator. Suatu ketika dalam sesi pelatihan bagi kades-BPD, peserta dikenalkan teknik perumusan visi desa dengan metode visualisasi imajinasi, serta dari hasil visualisasi ini menjadi sumber inspirasi munculnya berbagai gagasan. Pemerintah kabupaten khususnya jajaran Tim Koordinasi menjadi sangat tertarik dengan metode baru ini yang dipandang jauh lebih mudah, menarik, menimbulkan anthusiasme, dan penuh keriangan.

Pemerintah kabupaten khususnya pihak Bappekab, mempunyai niatan apabila hasil dari perumusan dokumen RPJM-Des di lokasi-lokasi PNPM-MP ini ternyata baik, maka seluruh lokasi desa di kecamatan lainnya non PNPM-MP akan dititipkan kepada para fasilitator untuk pelatihan dan bantuan teknisnya ke desa-desa, suatu tantangan sekaligus peluang besar bagi para fasilitator untuk membuktikan profesionalitas kerja mereka.

Lain lagi dengan kabupaten Gresik. Pihak Pemerintah Kabupaten Gresik memberikan target yang ketat terhadap jadwal pelaksanaan penyusunan dokumen RPJM-Des ini. Di bulan Mei hingga Juni, semua desa harus sudah mempunyai dokumen ini, lengkap dengan Perdes-nya. Sebuah dukungan yang luar biasa dari Pemerintah kabupaten, mengingat tanpa ada pressure dari pihak Pemerintah setempat, penyusunan dokumen ini apalagi perdesnya dipastikan akan mengalami kesulitan, apabila hanya mengandalkan fasilitasi dari teman-teman fasilitator. Namun penjadwalan yang ketat untuk tersusunnya dokumen ini yang pada akhirnya menjadi hambatan besar bagi para pelaku program untuk bisa menyelesaikan dengan cara yang pelan tapi pasti, serius tapi santai, dan lambat tapi berkualitas. Sebuah tantangan dan peluang sekaligus, yang memerlukan kerja keras dan cerdas. Sekali lagi tantangan sekaligus peluang bagi para fasilitator untuk membuktikan profesionalitas kerja mereka.

Kabupaten Lamongan juga identik dengan dua kabupaten di atas, sejak tahun 2006 telah mempunyai Perda tentang Perencanaan Pembangunan Daerah. Pemerintah kabupaten mempunyai antusiasme yang tinggi sekaligus target dan dukungan penuh untuk bisa mempunyai dokumen RPJM-Des lengkap dengan Perdes-nya ini di semua desa dengan kualitas yang baik. Karena itu mereka bermitra dengan pihak lain (pihak ketiga) untuk memberikan bantuan teknis kepada desa-desa. Namun untuk lokasi-lokasi program PNPM-MP ini Pemerintah kabupaten memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada para fasilitator untuk memberikan fasilitasi dan bantuan teknis ke desa-desa. Sebuah kepercayaan, sekaligus peluang dan tantangan untuk membuktikan bahwa bantuan teknis dan fasilitasi dari teman-teman fasilitator lapangan tidak kalah atau bahkan kalau bisa lebih unggul dari bantuan teknis yang diberikan oleh pihak lain ke desa-desa. Sekali lagi, tantangan sekaligus peluang bagi para fasilitator untuk membuktikan profesionalitas kerja mereka.