Jumat, Agustus 10, 2012

PENDEKATAN S A R A R DALAM MEMFASILITASI FORUM

Beberapa sebab utama yang selama ini menghambat partisipasi masyarakat dalam forum
L  Malu atas kehadiran penguasa wilayah setempat
L  Takut berkata terus terang di depan orang banyak
L  Minder
L  Tidak mempercayai motive penyelenggara forum (bisa fasilitator, bisa penguasa wilayah setempat)
L  Enggan menanggung resiko
L  Takut dipinggirkan secara ekonomi ataupun sosial
L  Takut dikritik karena melampaui kelaziman di masyarakat
L  Beda kelompok dengan yang sebagian besar hadir di forum
L  Terhinggapi perasaan tidak berdaya atau pasrah dengan keadaan dan kondisi yang ada
L  Tidak memiliki pengalaman dalam bekerja / beraktivitas secara kelompok
L  Tidak memiliki keterampilan dalam perencanaan maupun pemecahan masalah.
Maka dalam proses fasilitasi forum (baik forum pertemuan maupun forum pelatihan) perlu menggunakan pendekatan pengembangan kapasitas peserta agar mereka lebih mengeksplorasi, memilih, merencanakan, menentukan, mencipta, mengorganisir, dan mengambil inisiatif.  Secara sederhana terangkum dalam pendekatan yang dinamakan                                                                          S A R A R  YAITU :
S  elf esteem (harga diri)
Martabat dan harga diri kelompok maupun individu diakui dengan menekankan bahwa mereka sebenarnya mempunyai kapasitas secara analitis dan kreatif untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
A  ssociative Strength (kekuatan bersama)
Menekankan bahwasanya jika mereka membentuk kelompok / asosiasi, mereka akan menjadi lebih kuat dan mampu membangun kamampuan untuk bertindak secara bersama.
R  esourcefulness (sumberdaya yang melimpah)
Setiap individu adalah satu potensi sumberdaya bagi masyarakat.  Menekankan untuk senantiasa mengembangkan kreativitas dan sumberdaya yang melimpah baik di kelompok maupun individu dalam memecahkan masalah.
A  ction Planning (rencana tindakan)
Adanya rencana tindak untuk menyelesaikan masalah merupakan fokus dari pendekatan SARAR ini.  Perubahan hanya bisa terjadi apabila kelompok membuat rencana dan melakukan tindakan-tindakan nyata.
R  esponsibility (tanggung jawab)
Rasa taggung jawab selanjutnya dijunjung oleh kelompok.  Berbagai tindakan yang telah direncanakan harus dilaksanakan.  Hanya dengan partisipasi yang bertanggung jawab-lah akan dicapai hasil yang bermakna. 

(diolah dari “Tools for Community Participation”, Lyra Srinivasan, UNDP)


PENDEKATAN S A R A R DALAM MEMFASILITASI FORUM

Beberapa sebab utama yang selama ini menghambat partisipasi masyarakat dalam forum
L  Malu atas kehadiran penguasa wilayah setempat
L  Takut berkata terus terang di depan orang banyak
L  Minder
L  Tidak mempercayai motive penyelenggara forum (bisa fasilitator, bisa penguasa wilayah setempat)
L  Enggan menanggung resiko
L  Takut dipinggirkan secara ekonomi ataupun sosial
L  Takut dikritik karena melampaui kelaziman di masyarakat
L  Beda kelompok dengan yang sebagian besar hadir di forum
L  Terhinggapi perasaan tidak berdaya atau pasrah dengan keadaan dan kondisi yang ada
L  Tidak memiliki pengalaman dalam bekerja / beraktivitas secara kelompok
L  Tidak memiliki keterampilan dalam perencanaan maupun pemecahan masalah.
Maka dalam proses fasilitasi forum (baik forum pertemuan maupun forum pelatihan) perlu menggunakan pendekatan pengembangan kapasitas peserta agar mereka lebih mengeksplorasi, memilih, merencanakan, menentukan, mencipta, mengorganisir, dan mengambil inisiatif.  Secara sederhana terangkum dalam pendekatan yang dinamakan                                                                                                                      S A R A R  YAITU :
S  elf esteem (harga diri)
Martabat dan harga diri kelompok maupun individu diakui dengan menekankan bahwa mereka sebenarnya mempunyai kapasitas secara analitis dan kreatif untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
A  ssociative Strength (kekuatan bersama)
Menekankan bahwasanya jika mereka membentuk kelompok / asosiasi, mereka akan menjadi lebih kuat dan mampu membangun kamampuan untuk bertindak secara bersama.
R  esourcefulness (sumberdaya yang melimpah)
Setiap individu adalah satu potensi sumberdaya bagi masyarakat.  Menekankan untuk senantiasa mengembangkan kreativitas dan sumberdaya yang melimpah baik di kelompok maupun individu dalam memecahkan masalah.
A  ction Planning (rencana tindakan)
Adanya rencana tindak untuk menyelesaikan masalah merupakan fokus dari pendekatan SARAR ini.  Perubahan hanya bisa terjadi apabila kelompok membuat rencana dan melakukan tindakan-tindakan nyata.
R  esponsibility (tanggung jawab)
Rasa taggung jawab selanjutnya dijunjung oleh kelompok.  Berbagai tindakan yang telah direncanakan harus dilaksanakan.  Hanya dengan partisipasi yang bertanggung jawab-lah akan dicapai hasil yang bermakna. 

(diolah dari “Tools for Community Participation”, Lyra Srinivasan, UNDP)


PENGGUNAAN DIAGRAM VENN SECARA LEBIH MENDALAM


Pengantar
Diagram Venn selain digunakan untuk memetakan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat baik yang bersifat formal maupun non formal, ditinjau dari sisi kemanfaatan / kepentingannya yang dirasakan / dinilai oleh masyarakat serta hubungan interaksinya dengan masyarakat.  Namun demikian dalam pengembangannya, instrumen ini bisa diperdalam penggunaannya hingga melihat seberapa baik hubungan antar lembaga yang ada, hingga individu-individu yang berpengaruh di masyarakat.

Langkah-langkah
J   Minta kelompok (apakah itu kelompok ibu-ibu, kelompok campuran, atau khusus kelompok laki-laki, bisa pula berdasarkan usia, yaitu kelompok remaja, dewasa, dan orang-orang tua), untuk menginventarisir lembaga-lembaga apa saja baik formal maupun non formal yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan (bisa pula topikal, seperti tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan) masyarakat di desa / di kampung / di dusun itu.  Tuliskan di plano dan letakkan di lantai.
J   Tuliskan keseluruhan lembaga tersebut ke dalam lingkaran-lingkaran dan kemudian guntinglah lingkaran-lingkaran tersebut.
J   Berikutnya identifikasi pula individu-individu yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat (bisa pula topikal, seperti tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan) masyarakat di desa / di kampung / di dusun itu.  Tuliskan di plano dan letakkan di lantai.
J   Tuliskan keseluruhan individu tersebut ke dalam segitiga-segitiga dan kemudian guntinglah segitiga-segitiga tersebut.
J   Letakkan kertas plano di lantai (apabila dibutuhkan media yang lebih luas sambungkan 2 – 4 kertas plano dan bentangkan di lantai).
J   Letakkan guntingan lingkaran-lingkaran tersebut pada bentangan kertas plano di lantai sedemikian rupa sehingga lingkaran-lingkaran yang selama ini menurut peserta mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, diletakkan berdekatan atau bahkan bersinggungan (menurut tingkat hubungannya; semakin erat semakin dekat tentunya).  Jangan ditempel permanen terlebih dahulu sebelum semua peserta menyatakan persetujuannya.
J   Berikutnya letakkan guntingan segitiga-segitiga sedemikian rupa sehingga segitiga yang selama ini menurut partisipan mempunyai hubungan yang erat satu sama lain atau yang mempunyai hubungan erat dengan lingkaran, diletakkan berdekatan atau bahkan bersinggungan (menurut tingkat hubungannya; semakin erat semakin dekat tentunya).  Jangan ditempel permanen terlebih dahulu sebelum semua peserta menyatakan persetujuannya.
J   Dengan menggunakan spidol warna biru, berikan garis hubung antar lingkaran, antar segitiga, atau antara lingkaran-segitiga, yang menurut penilaian peserta hubungan kerjanya selama ini berjalan sangat-sangat baik.
J   Berikutnya dengan menggunakan spidol warna hijau, berikan garis hubung antar lingkaran, antar segitiga, atau antara lingkaran-segitiga, yang menurut penilaian peserta hubungan kerjanya selama ini berjalan biasa-biasa saja.
J   Kali ini dengan menggunakan spidol warna merah, berikan garis hubung antar lingkaran, antar segitiga, atau antara lingkaran-segitiga, yang menurut penilaian peserta hubungan kerjanya harus lebih diperbaiki ke depan.
J   Dan terakhir dengan menggunakan spidol warna hitam, berikan garis hubung antar lingkaran, antar segitiga, atau antara lingkaran-segitiga, yang menurut penilaian peserta selama ini tidak terjadi hubungan / relasi sama sekali, namun dipandang sangat penting dibangunnya relasi tersebut guna kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat ke depan.
J   Fokuskan pada garis hubung warna merah dan garis hubung warna hitam.  Ajak peserta untuk berdiskusi agar garis-garis tersebut pada akhirnya akan menjadi garis hubung berwarna biru.  Apa saja yang harus dilakukan, dan pihak-pihak mana saja yang harus berperan di dalamnya untuk mewujudkan garis biru ini terjadi.

Selasa, Agustus 07, 2012

Tips Mengatasi Stress di depan Peserta


Pertahankan Sikap Tenang Anda. Ketika menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan, hal penting untuk diingat adalah pertahankan kesabaran Anda (tetap bersabar). Anda harus tetap tenang dan terkendali.  Beberapa teknik akan membantu Anda dalam keadaan tersebut:
Mulai untuk memperpelan suara. Ketika kita merasa gugup atau kesal, suara kita cenderung meninggi, terutama pada wanita.
Bernafas dengan dalam.  Nafas yang pendek adalah suatu pertanda ketegangan dan akan mempengaruhi kualitas suara.
Atur kecepatan.  Banyak orang memiliki kecenderungan untuk berbicara dengan lebih cepat ketika mereka berada di bawah tekanan, jadi konsentrasilah untuk mempertahankan (kecepatan berbicara) pada ‘tingkatan sedang’ saat menanggapi atau merespon.
Atur suara Anda. Meskipun Anda ingin mengeraskan suara Anda, jangan sampai Anda berteriak.  Pertahankan tingkatan suara yang masuk akal, bersuaralah dengan cukup keras untuk memastikan
bahwa Anda didengar tapi jangan terlalu keras sehingga Anda terdengar seperti marah atau lepas kendali.
Perhatikan perilaku nonverbal. Hindari bahasa tubuh yang menunjukkan ketegangan seperti memainkan baju, perhiasan, penjepit kertas, atau penunjuk. Perilaku tersebut betul-betul
mengungkapkan rahasia bahwa Anda kehilangan kendali. Juga berhati-hati untuk tidak tampil dengan cara menyerang balik. Jika Anda bergerak, tetap buka telapak tangan Anda dan jangan
menunjuk-nunjuk.

Seni Menanggapi Pertanyaan


Agar menguasai seni menanggapi pertanyaan, pertimbangkanlah panduan berikut ini:

Tentukan Peraturan Dasar di Permulaan. Di awal sesi, katakan kepada peserta tentang bagaimana Anda akan menanggapi pertanyaan mereka: sepanjang sesi, di tengah-tengah sesi, atau di akhir sesi.  Jika Anda mendorong orang untuk bertanya tentang hal yang mereka pikirkan, mungkin Anda perlu membatasi banyaknya pertanyaan atau lamanya waktu untuk bertanya agar Anda tetap tepat waktu sesuai jadwal.  Hal yang tidak kalah penting adalah beritahukan secara jelas kapan Anda akan menjawab pertanyaan dan kapan Anda tidak akan menjawab pertanyaan.  Jika Anda berencana untuk menjawab pertanyaan saat suatu bagian telah selesai, sarankan kepada peserta untuk menulis pertanyaannya sehingga mereka
tidak lupa.

Mengulang Pertanyaan. Terkadang jawaban pelatih tidak sesuai dengan pertanyaan, mungkin karena tidak menggunakan kesempatan guna memperjelas dan menegaskan hal yang sebenarnya dipikirkan
oleh peserta. Terkadang, seseorang mengajukan pertanyaan dengan pengucapan yang tidak jelas dan mungkin mengalami kesulitan untuk menyusun pertanyaan secara padat dan singkat.  Ulangi dan bahasakanlah kembali pertanyaan yang diajukan sebelum Anda menjawabnya.  Ulangi pertanyaan untuk memastikan tiga hal:
1. Pastikan bahwa kelompok lain telah mendengar pertanyaannya.
2. Pastikan bahwa Anda telah mendengar pertanyaannya dengan tepat.
3. Sediakan sedikit waktu untuk mengatur pikiran (ide/ gagasan) Anda sebelum memberikan jawaban.

Untuk memastikan bahwa Anda mengerti maksud pertanyaan tersebut, pembahasaan kembali dengan mengatakan, “Jika saya tidak salah dengar, pertanyaan Anda adalah… Apakah benar?”.  Jika pertanyaan yang diajukan cukup panjang, tanyakan apakah boleh Anda merangkai ulang kata-katanya; kemudian susun kembali pertanyaan tersebut secara padat dan periksakan guna melihat bahwa Anda memang menangkap inti pertanyaan.  Jangan, bagaimanapun, membahasakan ulang dengan menggunakan kalimat berikut ini:
“Yang Anda maksud adalah…”
“Yang Anda katakan adalah…”
“Hal yang Anda coba untuk katakan adalah…”
Kalimat-kalimat tersebut bersifat menghina dan merendahkan. Pesan yang tersirat adalah: “Jelas sekali Anda tidak lancar dalam mengungkapkan diri Anda sendiri, jadi biarkan saya membantu Anda
keluar.”

Gunakan Kontak Mata. Lihat ke arah penanya ketika Anda membahasakan kembali pertanyaannya untuk memastikan bahwa Anda mengerti.  Saat Anda menyampaikan jawaban Anda, tujukan kepada seluruh kelompok, jangan hanya tujukan kepada penanya.

Berhati-hatilah dalam Memilih Kata. Pilihlah kata-kata secara hati-hati dan pikirkan dampak kata-kata tersebut terhadap peserta. Hindari menggunakan kata-kata seperti “jelas-jelas” atau “paham?”. Kata
tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa penanya seharusnya sudah mengerti jawaban atas pertanyaannya.  Sejalan dengan hal tersebut, kalimat “Anda harus mengerti…” terdengar seperti memerintah dan mengarahkan orang lain. “Anda seharusnya…” terdengar seperti menceramahi atau mengkhotbahi.

Hargai Kelompok. Jangan pernah meremehkan atau mempermalukan peserta.  Artinya bahwa terkadang Anda harus belajar untuk sedikit bersabar, terutama ketika seseorang mengajukan pertanyaan tentang sesuatu yang sudah Anda sampaikan saat sesi. Jangan pernah sekalipun Anda berkata, “Seperti yang telah saya sebutkan…”. Lebih baik Anda menjawab pertanyaan dengan menyusun kembali inti jawaban secara jeli sehingga Anda tidak mengulangi kata-kata sama persis seperti yang telah Anda sampaikan sebelumnya.

Menanggapi Kepentingan Individual. Terkadang peserta akan bertanya yang sangat fokus dan hanya berkaitan dengan dirinya.  Jika hal itu terjadi, berikan jawaban singkat kemudian anjurkan kepada dia
untuk membicarakan hal tersebut dengan Anda setelah sesi selesai. Gunakan juga strategi yang sama untuk peserta yang bertanya tentang sesuatu yang tidak berhubungan dengan topik.  Selalu tunjukkan keterbukaan dan kesediaan Anda untuk berbicara lebih lanjut secara perorangan.

Jangkau Semua Bagian Ruangan.  Terkadang pelatih memiliki kecenderungan untuk hanya melihat ke sisi kanan atau sisi kiri, dan akibatnya, pelatih hanya akan memperoleh pertanyaan hanya dari satu sisi ruangan saja.  Meskipun tidak sering, orang yang berada di sisi lain yang terabaikan akan menjadi cemas dan marah. Sama halnya, beberapa pelatih akan menyambut peserta yang berada di depan karena mudah bagi pelatih untuk melihat dan mendengar mereka.

Jujur.  Terkadang orang mengajukan pertanyaan yang tidak dapat Anda jawab. Jujurlah.  Jangan takut untuk berkata, “Saya tidak tahu”. Bagaimanapun, jangan mengabaikan pertanyaan tersebut.  Anda bisa
menawarkan diri untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan tersebut dan akan menghubungi peserta melalui telepon atau e-mail atau di akhir sesi atau katakan kepada mereka di mana mereka bisa
mendapatkan informasi tambahan.

Hal-hal yang Tidak untuk Dikatakan.  Dalam upaya untuk menyokong dan mendorong, seringkali pelatih akan berkata kepada peserta dengan kalimat “Itu pertanyaan yang bagus”.  Hal yang ‘membahayakan’ adalah bahwa mungkin Anda terdengar seperti merendahkan atau tidak jujur.  Selain itu, orang lain yang tidak memperoleh umpan balik atau penguatan yang sama mungkin merasa pertanyaan mereka tidak ‘bagus’.  Lebih baik Anda menanggapi dengan berkata, “Itu pertanyaan yang menarik” atau “Itu pertanyaan yang membangkitkan minat”.  Demikian pula, jawaban seperti “Saya senang Anda mengajukan pertanyaan tersebut” mungkin orang lain akan memiliki pemahaman bahwa Anda tidak senang ketika peserta bertanya.  Setelah Anda menjawab, jangan berkata, “Apakah itu menjawab pertanyaan Anda?”. Apa yang terjadi jika peserta menjawab bahwa Anda tidak menjawab pertanyaan?.  Lebih buruk lagi, mungkin
pertanyaan peserta tidak terjawab tapi tidak ingin mempermalukan Anda atau dirinya dan membiarkannya berlalu begitu saja. Dengan menanyakan apakah Anda telah menjawab pertanyaan, berarti Anda lepas kontrol dan terkesan kurang yakin terhadap jawaban yang disampaikan. Jawaban yang lebih baik mungkin seperti, “Apakah Anda memiliki pertanyaan lain?” atau “Apakah Anda ingin saya menjelaskan lebih detil (rinci)?”.  Ini adalah pendekatan yang jauh lebih anggun dan tidak memalukan baik untuk pelatih maupun peserta.  Selain itu, hal-hal tersebut juga memberi kesempatan bagi peserta untuk memperjelas pertanyaannya atau sedikit menanyakan lebih lanjut, jika diperlukan, sehingga peserta merasa puas.

Seni Bertanya


Seni mengajukan pertanyaan merupakan penghubung bagi keberhasilan Anda sebagai fasilitator pembelajaran untuk orang dewasa. Kuncinya adalah mengajukan pertanyaan yang dapat merangsang terjadinya diskusi dan interaksi. Untuk merangsang terjadinya diskusi, pastikan bahwa pertanyaan Anda adalah pertanyaan terbuka. 

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang diawali dengan siapa, apa, dimana, kapan, mengapa,atau bagaimana. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata tersebut akan memunculkan jawaban yang lebih detil/rinci dan sarat makna dari para peserta.  Pertanyaan tertutup, di sisi lain, adalah pertanyaan yang dapat dijawab oleh seseorang dengan kata “ya” atau “tidak” dan tentunya pertanyaan ini tidak mendorong partisipasi. Untuk membuat hal ini menjadi mudah, cobalah untuk mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana atau apa. Jika Anda membiasakan diri untuk bertanya dengan jenis pertanyaan tersebut, maka diskusi dan keberlangsungan bagian dalam kelompok Anda akan berjalan efektif.

Hindari menggunakan pertanyaan yang dimulai dengan kata mengapa. Pertanyaan mengapa cenderung menempatkan orang dalam keadaan membela diri. Mereka merasa harus menjelaskan dan membenarkan jawabannya.  Belajarlah untuk menggunakan pertanyaan yang sesuai dengan hasil yang Anda harapkan. Sebagai contoh, jka Anda ingin memulai diskusi, tanyakan pertanyaan umum tentang hal-hal yang berkaitan dengan kelompok.  Dalam program layanan konsumen, Anda bisa bertanya, “Bagaimana pendapat Anda tentang peran organisasi berkaitan dengan kualitas jasa yang diberikan?”. Tipe pertanyaan ini mendorong orang untuk mengemukakan pendapat. Berikutnya mungkin Anda ingin mengungkap alasan di balik pendapat yang baru saja dikemukakan, Anda dapat memberikan pertanyaan spesifik seperti, “Contoh keadaan seperti apa sajakah yang membuat Anda yakin bahwa tingkat pendampingan kepada masyarakat perdesaan telah berjalan dengan baik [belum tuntas, perlu peningkatan]?”

Setelah Anda memberikan pertanyaan, diamlah sesaat. Pelatih memiliki kecenderungan untuk menanyakan sesuatu, dan ketika tidak ada satu pun peserta yang segera menjawab, maka pelatih yang
akan menjawab.  Diam, tentunya, tidaklah nyaman, dan mungkin Anda merasa bahwa Anda harus berbicara dan mengisi ‘kehampaan’ tersebut. Biarkan ke-diam-an itu terjadi.  Belajar untuk mengajukan
pertanyaan kemudian diamlah selama sepuluh hingga dua belas detik untuk memberikan waktu kepada peserta agar bisa memikirkan jawabannya. Jika Anda senantiasa menjawab sendiri pertanyaan yang
Anda ajukan, maka tidak ada alasan bagi peserta untuk mengajukan ide-idenya.

Menjawab Pertanyaan
Dalam suasana yang bersemangat, bebas-resiko, dan dinamis, peserta akan terangsang untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Meskipun memang hal inilah yang kita harapkan bisa terjadi, tipe interaksi dari peserta dapat menjadi sesuatu yang sangat menarik.




Alasan Orang Mengajukan Pertanyaan
Pemahaman terhadap motivasi peserta akan membantu Anda agar lebih siap untuk menghadapi hal-hal yang diharapkan dan atau yang tidak diharapkan.

Untuk Memperoleh Informasi atau untuk Memperjelas. Tidak penting seberapa jelas Anda menyampaikan suatu pesan, peserta tidak akan mengolah semuanya dan belum tentu akan memahami
informasi tersebut melalui cara yang sama atau saat itu juga. Beberapa di antara peserta akan menginginkan dan membutuhkan informasi tambahan untuk membantu mereka mengerti materi
dengan lebih jelas atau untuk memuaskan hasrat mereka terhadap informasi secara rinci.  Mungkin mereka menginginkan adanya kepastian bahwa Anda mengerti tentang hal-hal yang Anda bicarakan.
Sesuatu yang Anda sampaikan di awal mungkin telah memunculkan rasa ingin tahu atau memancing munculnya ketertarikan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak lagi mengenai suatu topik.  Di akhir, mereka akan menanyakan sumber informasi lainnya dan berharap agar Anda memberikan anjuran kepada mereka. Meskipun Anda sudah dilengkapi dengan bibliografi atau daftar bacaan yang
disarankan, mereka akan meminta Anda untuk menyarankan atau mengenalkan sumber-sumber tersebut untuk kepentingan tertentu dan mencari sesuatu.

Untuk Mengesankan Orang Lain. Setiap kelompok memiliki satu orang atau lebih yang senang mengajukan pertanyaan dan ini dianggap sebagai kesempatan untuk diperhatikan baik oleh teman
sekelompok ataupun seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Menjadi sorotan mungkin bisa memuaskan kebutuhan ego beberapa orang.  Bagi orang lain, dengan ‘bertanya’ akan memberikan kesempatan bagi peserta untuk menunjukkan kualitas diri seperti ketegasan dan keberanian mengambil resiko atau untuk memamerkan pengetahuan mereka tentang suatu hal agar bisa naik jabatan.

Untuk Mengurangi Kredibilitas Pelatih. Untuk beragam alasan, beberapa peserta tidak akan menyukai pelatih atau hal-hal yang pelatih katakan.  Mereka mengambil setiap kesempatan untuk membuat pelatih tampak buruk atau melihat pelatih tersebut kesal sehingga bisa dijadikan sebagai hiburan mereka.  Mungkin mereka melihat hal ini sebagai peluang untuk membalas atau mengurangi kredibilitas pelatih.

Untuk Membantu Pelatih. Pertimbangan lainnya adalah tentang peserta yang benar-benar menyukai pelatih dan ingin membantu pelatih agar telihat baik.  Jika mereka setuju dengan posisi pelatih dalam topik tertentu, mereka akan membantu untuk memperkuat kesan tersebut.

Untuk Menghindari Kembali Pada Pekerjaan. Beberapa orang mungkin mengajukan pertanyaan sebagai cara untuk memperpanjang sesi, sehingga mencegah mereka kembali bekerja, terutama jika sesi
tersebut akan selesai. Mereka mungkin akan berpikiran bahwa semakin banyak pertanyaan yang mereka ajukan dan semakin banyak waktu yang bisa mereka perpanjang, maka tidak akan ada cukup waktu untuk kembali bekerja dan mereka bisa libur lebih awal.

Perilaku Peserta Pelatihan


Sering kali, kelompok sebagai kesatuan bukanlah masalah, tetapi kemungkinan ada segelintir orang yang sulit di dalam suatu sesi. Berikut ini beberapa strategi untuk mengatasinya dalam upaya kita untuk menerima mereka dengan kepemilikan tipe karakter tertentu.

Cerewet. Peserta yang cerewet memiliki suatu informasi (mengenai semua hal) untuk disampaikan.  Orang ini selalu dengan sukarela menjadi ketua kelompok, menjawab pertanyaan, atau memberikan
saran. Dia seperti ingin menjadi pusat perhatian. Untuk menerima tipe cerewet ini, Anda boleh berkata seperti, “Saya menghargai kontribusi Anda, tapi mari kita dengar pendapat dari orang lain”.  Sarankan
kepada dia untuk berdiskusi lebih lanjut pada saat istirahat atau makan siang dengan mengatakan, “Agar mentaati jadwal dan sesuai dengan proses, mari kita bahas hal ini lebih lanjut selama istirahat atau setelah sesi ini.”

Tidak Mengerti Apapun.  Orang ini seperti tidak memikirkan tentang apa yang sedang terjadi. Dia benar-benar keliru dalam memahami pertanyaan atau topik yang sedang dibahas. Akibatnya, jawaban atau
ucapan orang tersebut sedikitpun tidak berhubungan dengan hal yang sedang dibahas.  Untuk orang seperti ini, katakan, “Sesuatu yang saya katakan tadi pasti telah membuatmu menyimpang proses ini.  Yang saya coba untuk katakan adalah...”

Bertele-tele. Orang ini senantiasa berbicara tentang sesuatu yang tidak penting.  Dia seringkali menyimpang dan menggunakan contoh-contoh serta analogi-analogi yang tidak berkaitan dengan topikdiskusi. Orang ini berbeda dengan mereka yang “tidak tahu apa-apa” karena orang ini mengerti apa yang terjadi tapi lebih memilih untuk mengikuti agenda dia sendiri.  Untuk membawa orang tersebut kembali
kepada jalur, cobalah untuk bertanya, “Saya tidak mengerti.  Bagaimana hal itu berkaitan dengan sesuatu yang sedang kita bicarakan?”.

Suka berkelahi.  Orang yang suka berkelahi akan akan menunjukkan sikap memusuhi secara terang-terangan, menantang, dan mendebat setiap hal.  Orang ini mempertanyakan pengetahuan serta kredibilitas pelatih dan bahkan mungkin menuduh pelatih “kehilangan sentuhan” dengan dunia nyata.  Jangan libatkan diri Anda untuk menyerang kembali secara verbal. Katakan kepada orang tersebut, “Saya mengerti dan menghargai pandangan Anda. Bagaimana dengan pendapat teman-teman lainnya?”.  Dengan mengalihkan perhatian kepada kelompok lain, Anda melepaskan diri Anda sendiri dari jeratan
dan memberikan kesempatan kepada teman-teman yang lain untuk mengubah perilaku orang tersebut.  Mungkin Anda bisa melakukan diskusi lebih lanjut tentang hal tersebut selama istirahat.

Keras Kepala. Orang ini menolak untuk mencermati pandangan orang lain dan khususnya sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan kelompok.  Penolakan dia untuk mengalah dalam pembahasan suatu hal akan menghalangi pengambilan keputusan dalam kelompok atau kegiatan yang memerlukan persetujuan kelompok. Terkadang Anda perlu mengambil pendekatan langsung dan berkata, “Saya menghargai kedudukan Anda (atau pandangan Anda), tapi demi kepentingan kegiatan (diskusi, dan lain-lain), Saya meminta dengan tegas agar kita meneruskan (ke hal berikutnya?).  Saya akan dengan senang hati mendiskusikannya dengan Anda, nanti.”
Pendiam. Setiap kelompok memiliki satu atau lebih orang dengan tipe pendiam yang tampak penuh perhatian dan memiliki kesiapan diri tapi dia tidak akan dengan sukarela menanggapi atau menjawab pertanyaan. Mungkin dia memang pemalu atau tidak nyaman ketika berbicara di dalam kelompok dan seperti menganggap bahwa materi tersebut hanya untuk didengarkan.  Anda mungkin bertanya kepada diri sendiri, “Jadi, di mana letak permasalahannya?”. Masalahnya
ialah seringkali orang pendiam ini memiliki beberapa tanggapan dan memberi kontribusi yang luar biasa, dan jika kita tidak berupaya untuk melibatkan dia, ide-ide orang ini tidak akan pernah muncul dan kelompok tersebut melewatkan kesempatan untuk mempelajari sesuatu dari anggota lain didalamnya.  Peserta itu sendiri juga melewatkan kesempatan untuk didengar dan memperoleh pengakuan. Cobalah untuk mendesak peserta yang enggan atau malu dengan berkata, “(sebut namanya), saya tahu Anda memiliki beberapa pengalaman dalam bidang ini. Akan sangat membantu jika Anda bersedia membagi gagasan-gagasan Anda dengan kelompok”. Pendekatan yang lain adalah dengan memecah kelompok menjadi berpasang-pasangan atau terdiri dari tiga orang. Peserta yang pemalu lebih senang untuk mengikutsertakan dirinya dalam kelompok yang lebih kecil.

Sok Tahu. Orang yang merasa “paling tahu tentang semua hal” seringkali mencoba untuk sombong di depan pelatih atau mengalahkan pelatihnya. Dia seringkali memandang dirinya sebagai orang yang berwewenang atas setiap hal, dia mengambil peran sebagai atasan terhadap kelompok dan pelatih.  Orang ini menyukai kesempatan untuk memamerkan pengetahuannya. Meskipun mungkin ini adalah hal yang sulit, jangan tampakkan kekesalan Anda. Akui kontribusi orang tersebut dengan berkata, “Itu adalah salah satu sudut pandang. Bagaimanapun juga, ada cara lain untuk melihat hal tersebut”.  Tergantung pada keadaan, mintalah kepada peserta yang lain tentang pendapat mereka atau Anda lanjutkan ke agenda berikutnya.

Badut. Badut kelas relatif tidak ‘membahayakan’ kecuali Anda membiarkan dia lepas kendali. Orang ini membuat lelucon atas semua hal dan mengeluarkannya dengan cara yang dia suka agar mendapatkan perhatian, dan seringkali merugikan peserta lain. Jangan biarkan usaha yang dilakukan oleh orang ini mengendalikan keadaan. Katakan saja, “Kita semua senang sembrono sedikit. Tapi saat ini, mari kita serius dan memusatkan perhatian pada topik yang ada.”

Negatif. Orang ini mengeluhkan tentang organisasinya, ‘bos’-nya, rekan kerja, dan seterusnya. Untuk semakin menambah kesan negatif terhadap ucapan verbal tersebut, dia menampilkan perilaku nonverbal yang juga negatif seperti mengerutkan dahi atau mengambil sikap tubuh yang defensif.  Seringkali orang ini merupakan tukang mengeluh yang ‘parah’ yang sama sekali tidak berkontribusi secara positif. Katakanlah sesuatu seperti, “Saya mengerti maksud Anda. Saran apa yang Anda miliki untuk mengubah keadaan tersebut?”. Atau Anda bisa mengatakan, “Demi tujuan dari diskusi ini, apakah ada yang mungkin memiliki pendapat terhadap pandangan yang berlawanan ini?”

Acuh Tak Acuh. Jelas bagi setiap orang bahwa orang ini tidak ingin berada di dalam acara tersebut. Dia tidak mengambil tindakan apapun untuk ikut serta atau berkontribusi. Karena dia dipaksa untuk ikut,
yang terjadi padanya tidak hanya akan menunjukkan ketiadaan minat, tetapi mungkin dia justru melakukan kegiatan yang terpisah dari kelompok. Gunakan taktik yang mirip seperti teknik untuk
menghadapi orang pendiam: “Saya tahu Anda memiliki beberapa pengalaman dalam bidang ini. Mohon ceritakan kepada kami tentang hal tersebut.”

Tips Menentukan Materi & Metode


MENENTUKAN MATERI
Informasi apa saja dan materi apa saja yang akan membantu peserta mencapai tujuan-tujuan tersebut ?
Sebagai contoh : peserta dapat membedakan antara jenis kelamin dan gender (pada pelatihan tentang gender misalnya).  Untuk mencapai pemahaman ini, dalam pelatihan harus menyertakan pula informasi-informasi tentang perbedaan tersebut.

Ceklis untuk membantu menentukan tujuan workshop / pelatihan
ü  Adakah satu kata yang akan menggerakkan satu aktivitas ?
ü  Tahukah kita bilamana tujuan itu tercapai ?  Bagaimana caranya ?
ü  Apakah tujuan-tujuan tersebut realistis terhadap waktu yang tersedia ?
ü  Apakah tujuan tersebut sesuai dengan kepentingan peserta ?
ü  Adakah alur yang logis dari satu tujuan sessi ke berikutnya ?
ü  Apakah tujuan-tujuan tersebut mampu menjawab target pelatihan agar peserta bisa merasakan, mengetahui, memahami, dan mampu melakukan ?

Ceklis untuk membantu menentukan materi
ü  Berbagai informasi tentang apa yang seharusnya diterima oleh peserta ?
ü  Bagaimana caranya berbagai informasi tersebut akan diberikan ?
ü  Akankah beberapa informasi tersebut dibawakan oleh fasilitator sendiri (ataukah perlu narasumber) ?
ü  Atau akankah beberapa bagian informasi tersebut justru akan didapatkan dari salah satu peserta yang hadir berdasarkan pengalaman mereka sendiri ?
ü  Bagaimana metodenya apabila informasi tersebut akan disampaikan oleh peserta sendiri berdasarkan pengalaman mereka ?

MEMILIH METODE
Dalam satu acara workshop / pelatihan, diperlukan variasi metode dan mungkin akan menggunakan seluruh pendekatan metode yang ada.  Ingat bahwa metode yang berbeda akan berlaku bagi kelompok yang berbeda pula.
Sebagai contoh ; satu kelompok dari para perempuan yang lebih tua mungkin akan merasa nyaman dan dapat belajar lebih banyak dari berbagai aktivitas yang dilakukan, sehingga tidak memerlukan untuk duduk-duduk di lantai.

Petunjuk untuk membantu memilih metode yang cocok
"  Memberikan informasi :
Jika tujuannya adalah memberikan informasi kepada kelompok, maka dengan cara ceramah, mendengarkan, atau memperagakan akan lebih cepat dan efisien.  Namun demikian partisipasi peserta mungkin akan minim dengan cara-cara ini di samping kita tidak begitu mengetahui sampai seberapa jauh peserta telah memahami dan mengerti.
"  Mendapatkan pemahaman :
Jika ingin mengetahui bahwa kelompok peserta telah memahami apa yang telah disampaikan, maka dibutuhkan satu interaksi dengan mereka seperti diskusi dan tanya jawab.
"  Mempelajari satu keterampilan
Jika peserta diharapkan mempunyai satu keterampilan yang dipelajari, sehingga mereka mampu mencobanya sendiri, maka hendaknya digunakan imitating (peniruan) dengan cara-cara yang runtut.
"  Mendayagunakan pengalaman, menguji perilaku, dan pengendalian proses belajar
Pada proses pembelajaran jenis ini, pembelajar memperoleh satu pemahaman yang mendalam terhadap hal tertentu.  Mereka juga akan membuat satu keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang telah mereka pelajari.  Sebagian besar materi akan berasal dari peserta sendiri dan mereka akan menginvestasikan perilaku dan pengalmaan mereka sendiri dalam proses pembelajaran.  Tingkat partisipasi peserta akan bertambah seiring dengan banyaknya metode experiential (pembelajaran berbasis pengalaman) yang digunakan, seperti brainstorming, bermain peran dsb.

MENENTUKAN ALUR AGENDA ACARA PELATIHAN
Apabila satu jenis pelatihan akan dilakukan, ingat-ingat untuk senantiasa memastikan struktur pelatihan adalah sebagai berikut :
C Mengenalkan peserta dan tim pelatih / fasilitator
C Mengenalkan alur / kerangka pelatihan itu sendiri
C Mendengarkan harapan-harapan peserta
C Menyesuaikan tujuan dan harapan, serta mereview agenda acara bersama peserta
C Membuat aturan kelompok / kelas
C Jangan lupa ada break untuk penyegaran fisik dan psikis
C Jangan lupakan adanya energiser atau ice breaker, terutama sehabis break maupun makan siang.
C Terus menerus dapatkan umpan balik dari peserta serta evaluasi
C Perencanaan untuk agenda pelatihan ke depan / berikutnya.

Mengenalkan alur / kerangka pelatihan
Perlu ada sessi khusus seawal mungkin untuk memperkenalkan kerangka / alur pelatihan.  Hal ini meliputi :
Q  Mengenalkan pelatihan dan tujuannya.  Sebagai contoh dengan rangkaian kalimat berikut “ kita di sini bukanlah kumpulan orang-orang yang ahli, namun kita akan melakukan satu proses belajar bersama (collective learning) menuju hal-hal yang lebih kompleks.  Waktu yang kita punyai tidaklah banyak, sangat terbatas.  Tujuan pelatihan kita adalah ……………..”
Q  Menyampaikan daftar susunan acara
Q  Men-set skenario
Q  Mengenalkan secara ringkas beberapa kata kunci yang akan banyak digunakan untuk mengupas bahasan materi ke depan.

Mendisain sessi evaluasi
Peserta seharusnya senantiasa mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik.  Karenanya harus ada satu sessi khusus di akhir pelatihan untuk mengevaluasi pelaksanaan pelatihan secara keseluruhan.  Bagi pelatih, hal ini akan berguna untuk belajar dari pengalaman dan bagi peserta hal ini akan berguna untuk merefleksikan pengalaman pembelajaran mereka.

Cara-cara mengevaluasi 
Banyak cara digunakan untuk mengevaluasi pelatihan.  Namun sebelum melakukan hal ini, berikan penjelasan terlebih dahulu ke peserta apa yang akan dilakukan dan mengapa hal ini harus dilakukan.  Berikut beberapa cara untuk mengevaluasi :

a)   Garis / tali evaluasi
Cara evaluasi yang sangat sederhana ini adalah dengan meminta peserta untuk berdiri di satu garis yang menghubungkan dari titik di mana “peserta tidak memperoleh pembelajaran apapun” ke titik di mana “peserta mendapatkan pembelajaran yang banyak sekali”.  Begitu peserta telah menentukan posisi di titik mana di sepanjang garis yang terbentang ini, di saat itu juga tanyakan pada setiap peserta mengapa mereka memilih berdiri di sana.  Jawaban peserta harus sesingkat mungkin.  Catatlah jawaban peserta ini.

b)   Evaluasi dadu
Cara ini juga cukup sederhana.  Tentukan terlebih dahulu 6 aspek penting yang akan dievaluasi secara bersama-sama.  Tuliskan ke-6 aspek tersebut di kertas plano dan tempalkan di dinding.  Peserta duduk melingkar.  Buatlah dari kotak gabus / stereofoam semacam dadu dengan memberikan tanda-tanda titik di setiap sisinya dari 1 – 6 titik.  Satu orang menggelindingkan dadu tersebut ke orang lain.  Apabila dadu tepat berhenti di depan orang lain, maka yang bersangkutan harus menjawab pertayaan nomor yang sesuai dengan dada yang muncul, begitu seterusnya.

c)    Evaluasi tertulis
Untuk evaluasi tertulis yang sederhana dapat menggunakan beberapa pertanyaan di bawah ini.  Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap peserta di akhir sessi acara pelatihan.  Pastikan mereka tidak tergesa-gesa mengisinya dan karenanya sediakan cukup waktu untuk itu.  

 d)   Evaluasi dengan daftar pertanyaan
Para fasilitator / pelatih lebih baik merancang sendiri lembar evaluasi pelatihan mereka.  Berikut ini adalah contoh daftar pertanyaan evaluasi.  Disarankan untuk memilih beberapa saja di antara semua pertanyaan di bawah ini, atau jika tidak dipilih dan semuanya diberikan pada peserta, maka kemungkinan besar mereka akan merasa terbebani dan pada akhirnya tidak satupun yang mereka isi.

 
Sumber :
On Our Feet, taking steps to challenge women’s oppression, a handbook on gender and popular education workshops.  IIZ//DVV supplement to adult education and development no 41/1993.